Ulil Abshar Abdalla: Pengawasan Ceramah Perlu
Edisi: 28/38 / Tanggal : 2009-09-06 / Halaman : 109 / Rubrik : WAW / Penulis : Sapto Pradityo, Yos Rizal Suriaji, Yophiandi
"SAYA meletakkan Islam pertama-tama sebagai sebuah âorganismeâ yang hidup; sebuah agama yang berkembang sesuai dengan denyut nadi perkembangan manusia. Islam bukan sebuah monumen mati yang dipahat pada abad ke-7 Masehi, lalu dianggap sebagai âpatungâ indah yang tak boleh disentuh tangan sejarah.â
Alinea itulah yang membuka tulisan Ulil Abshar Abdalla bertajuk âMenyegarkan Kembali Pemahaman Islamâ dan dimuat di Kompas, 18 November 2002. Tulisan Ulil, ketika itu dia Koordinator Jaringan Islam Liberal, memantik reaksi keras dari sebagian kelompok Islam. Forum Ulama Umat Islam, misalnya, mengetuk palu fatwa mati bagi menantu KH A. Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Thalibien, Rembang, itu.
Empat tahun âmenghilangâ ke Amerika Serikat, Ulil pulang ke Indonesia dan melempar kejutan: dia mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Muktamar Ke-32, Januari mendatang. Menurut Ulil, Nahdlatul Ulama sudah berubah dan saatnya dipimpin orang yang lebih muda. âTentu dengan dukungan kiai-kiai senior,â katanya.
Kepada para senior di Nahdlatul Ulama ini, Ulil juga siap menjelaskan berbagai pendapatnya yang dianggap kelewat liberal. Dia mengatakan pikiran dan kritiknya selama ini sebenarnya tak diarahkan ke Nahdlatul Ulama, tapi dialamatkan ke kelompok-kelompok radikal di Indonesia.
Menjelang buka puasa Kamis pekan lalu, di Teater Utan Kayu, Jakarta, kandidat doktor dari Universitas Harvard, Amerika, ini membeberkan pandangannya soal Islam radikal, Nahdlatul Ulama, dan kehidupan keberagamaan di Amerika kepada Sapto Pradityo, Yos Rizal Suriaji, Yophiandi dan Irfan Budiman.
Apa modal Anda maju sebagai calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama?
Bukannya sombong, saya rasa modal saya memadai. Saya punya pendidikan pesantren yang baik, mengaji fikih sesuai dengan hierarki pesantren, punya pemahaman kitab kuning cukup baik. Saya lulus dari LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) dan punya pendidikan Barat. Saya juga lahir dari keluarga NU dan berkiprah di NU cukup lama.
Untuk maju sebagai ketua umum, bukankah perlu restu kiai, seperti kiai Langitan, Tebuireng, dan Asembagus? Bagaimana penerimaan pesantren-pesantren itu terhadap Anda?
Saya memang baru pergi ke Asembagus, Situbondo. Itu pun baru ketemu beberapa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…