Tiga Dara Shanghai
Edisi: 23/16 / Tanggal : 1986-08-02 / Halaman : 37 / Rubrik : SEL / Penulis :
BEIJING, 29 Mei 1981. Duka menyelimuti negeri naga merah. Di mana-mana orang memakai pita hitam di lengan. Hari itu RRC kehilangan seorang tokoh wanita yang unik. Seorang yang tak pernah tersingkir dalam sejarah Cina modern -- baik di zaman Mao maupun di masa Deng.
Ia bernama Soong Ching-ling, janda Sun Yat-sen. Seorang yang konon begitu jelita dan berpendirian teguh. Seorang yang meyakini kebenaran revolusi, dan karena itu tak mengikuti jejak saudara-saudaranya keluar dari Cina daratan. Padahal, adiknya, Soong Mayling, menikah dengan Chiang Kaisek, orang yang kemudian memimpin Taiwan.
Ketika RRC diproklamasikan oleh Mao, 1 Oktober 1949, Ching-ling berdiri di antara para pemimpin. Meski ia bukan komunis, setidaknya wanita berusia 57 itu diakui ambil bagian dalam revolusi. Itu sebabnya, sewaktu Revolusi Kebudayaan hendak menggulungnya, Chou En-lai angkat bicara. Dan, Pengawal Merah pun berbalik: justru menjaga janda dengan dua anak angkat itu, yang dijuluki "Jean d'Arc dari Cina".
Sewaktu Mao dan komplotan empat runtuh, rezim Deng tetap mengakui jasa-jasanya. Maka, 13 hari sebelum Ching-ling meninggal, ia diangkat sebagai Presiden Kehormatan, dan diterima menjadi anggota Partai.
Ching-ling, salah seorang anggota keluarga Soong -- keluarga yang diakui hampir seabad mempengaruhi jalannya sejarah Asia. Keluarga ini erat hubungannya dengan tokoh-tokoh penting: Sun Yat-sen, Chiang Kai-sek, Mao Tse Tung, bahkan Roosevelt dan Churchill.
* * *
Sekali peristiwa, adalah tiga bersaudari Soong di Daratan Cina: Ai-ling, Ching-ling, dan May-ling. Mereka sama rupawan, tapi berbeda tabiat. Ai-ling, yang kawin dengan hartawan dan menteri keuangan HH Kung, sangat gandrung uang. May-ling, yang menjadi Nyonya Chiang Kai-sek, adalah sosok Ibu Negara yang gila kuasa. Sedangkan Ching-ling, istri Bapak Revolusi Cina 1911, konon, patriot sejati. Pada buntut cerita, mereka cerai-berai. Kalau yang seorang terbujuk komunis, dua yang lain ikut hengkang bersama kaburnya kaum nasionalis ke Pulau Formosa. Sejak saat itu, tak sekali pun mereka berkumpul kembali.
Di mana pun mereka berdiri, dan dari sudut mana pun kita memandangnya, Tiga Bersaudari Soong dan tiga saudara laki-laki mereka serta para suami, menjadi pemain menentukan dalam berbagai peristiwa yang mengubah sejarah Asia dan dunia. "Hampir tak ada sebuah keluarga pun, sejak keluarga Borgia, yang telah memainkan peranan yang begitu menentukan perjalanan nasib umat manusia," tulis Sterlin Seagrave dalam buku The Soong Dynasty, terbitan Harper & Row, New York, 1985.
Distorsi sejarah, begitu Brian Castro mengomentari buku setebal itu dalam Asiaweek, Agustus tahun silam, biasanya membalikkan bayangan yang berbeda sebelum kebenaran yang sesungguhnya muncul ke permukaan. Setengah abad yang lalu, hanya potret warna paling putih keluarga Soong yang terpublikasikan, sementara warna hitamnya dibiarkan keluar dari fokus. Maklum, sebagian besar yang menulis tentang keluarga ini adalah orang Amerika. Waktu itu bulan madu Amerika -- Cina Nasionalis sedang mencapai puncaknya -- lebih mesra ketimbang sebelum dan pada masa Perang Dunia II.
Hubungan mesra itu ternyata belepotan dengan dolar, dalam bentuk bantuan milyaran jumlahnya. Itulah yang dicoba ungkapkan kembali oleh Seagrave dalam bukunya itu. Ia, misalnya, mencoba menyelisik bagaimana dana Amerika itu "dimainkan", disedot, dan disalurkan hingga menjadi kekayaan pribadi keluarga Soong. Di situ terungkap bahwa salah kelola, korupsi, dan pengkhianatan ternyata telah mengakibatkan jutaan orang kena siksa dan menemui ajal. "Dengan latar korupsi, revolusi, hipokrisi, dan ketamakan legenda, dinasti Soong terbentuk," tulis Seagrave. Bersama keluarga Kung, keluarga Soong diperkirakan telah menimbun US$ 2 milyar di Manhattan.
Peletak batu pertama dinasti ini adalah Charlie Soong. Dialah orang yang mendukung revolusi yang diletikkan oleh Sun Yat-sen, yang menyudahi dinasti Manchu, dengan dana yang besar. Sebagai kepala keluarga, ia dengan mengesankan menyiapkan anak-anaknya untuk masa depan -- khususnya untuk tiga anak perempuannya. Relasi yang dibina Charlie telah memungkinkan anak-anak itu memperoleh suami pejabat militer, pejabat keuangan, dan tokoh politik Cina baru. Meski, tersebut terakhir itu sebenarnya di luar maunya. Sedangkan ia sendiri seorang wiraswasta Cina paling berhasil.
Seperti umumnya tokoh legendaris Cina, Charlie datang dari masa belakang yang remang-remang untuk kemudian melahirkan sebuah dinasti. Putranya, TV Soong yang berpendidikan Harvard College, AS, adalah penyedia dana bagi upaya Chiang Kai-sek untuk meraih kekuasaan. Malah, dalam masa Perang Dunia II, TV (Tse-ven) dengan lihainya mampu membujuk Presiden AS Roosevelt agar mendukung Cina "mereka" -- Cina Chiang Kai-sek dan Cina keluarga Soong. Yakni ketika menghadapi Jepang, dan kemudian saat melawan kaum komunis. Dan bukan sekadar dukungan moril dan politik, tapi dukungan yang mengalirkan banjir dolar ke Daratan Cina.
Lobi Cina di Amerika dimulai dengan keberhasilan keluarga Soong menjerat Henry Luce, dari Time Inc., yang mengipasi kemasyhuran mereka dalam majalah-majalahnya. Luce, anak seorang pekabar Injil di Cina, membantu melanggengkan kendali kuasa keluarga Soong di Cina sebagai bagian dari cakrawalanya yang hilang. Yakni sebagai lambang, Cina yang romantis yang tinggal sebagai bayang-bayang masa silam yang kian tenggelam.
Di samping cerdik dan lihai, keluarga Soong juga mampu melakukan tindakan "gelap-gelapan". Seperti yang digambarkan Seagrave, mereka adalah "ikan gurami besar di sungai berlumpur, yang hanya menimbulkan riak kecil di permukaan sebagai tanda kedatangan dan kepergiannya." Dan ini masih dibuktikan mereka dua tahun lalu, ketika Henry Liu, seorang wartawan Cina-Amerika, dibunuh di California, AS, karena mengungkapkan berbagai praktek gelap Chiang Kai-sek. Wartawan itu menggambarkan bahwa sang Generalisimo adalah penjahat bengis, pembunuh, pemabuk berat, dan penggemar wanita. Lebih jauh lagi, Chiang Kai-sek menjalin persekutuan jahat dengan -- dan kemudian masih sangat dipengaruhi oleh -- Tu Yueh-sheng. Tersebut terakhir ini populer dengan julukan "Tu si Telinga Besar", adalah pemimpin "Gang Hijau" yang antikomunis -- sindikat paling berkuasa dalam dunia kejahatan Cina masa pra-RRC, yang mengkhususkan diri di bidang pemerasan dan perdagangan candu.
* * *
Kisah Tiga Dara Soong serta suami mereka dan tiga saudara laki-laki mereka memang bagaikan dongengan. Dan tidak kurang legendarisnya adalah mengenai asal-usul sang ayah, Charlie Soong. Konon, Charlie adalah anak seorang petani yang jatuh melarat dari Kepulauan Hainan, Cina Selatan. Pada 1875, dalam usia sembilan tahun, ia diangkat sebagai anak oleh seorang pamannya sendiri dan dibawa ke Boston, Massachusetts, AS. Di negeri Barat ini ia diajar bekerja keras sebagai juru tulis di toko teh dan sutera.
Suatu hari, ia lari dan menyelundup masuk ke sebuah kapal yang disebut Colfax di pelabuhan Boston. Untung, yang menjadi nakoda adalah pemeluk Kristen yang saleh, Kapten Charles Jones, yang entah bagaimana jadi menyenangi Charlie. Ia bukan saja tidak diusir ke darat, malahan diberi pekerjaan sebagai pelayan kamar. Bahkan nakoda itu mengajarkan ilmu agama kepada Charlie.
Kapal merapat di Wilmington, Carolina Utara. Kapten Jones lalu membawa Charlie ke gereja Metodis untuk dibaptis dengan nama Charles Jones Soong. Kemudian, Jenderal Julian Carr, pahlawan Perang Saudara Amerika, yang terkesan akan Charlie, memasukkannya ke Trinity College (belakangan menjadi University of Duke) dan dari sana ke University of Vanderbilt di Nashville, Tennessee sebuah universitas keagamaan.
Menurut "skenario" itu, Charlie kemudian dikirim balik ke Cina sebagai pengabar Injil Metodis di negeri leluhurnya. Di Shanghai, ia menjadi kaya raya lewat usaha pencetakan kitab-kitab Injil. Dari usahanya itu pula ia mendapat uang untuk membiayai kegiatan revolusioner Dr. Sun Yat-sen, serta menyiapkan enam anaknya hingga kelak menjadi para penguasa Cina nasionalis. Itulah riwayat Charlie sebagaimana diketahui selama ini, sebelum buku Seagrave terbit. Dan kemudian muncullah buku The Soong Dynasty.
"Beberapa dari dongeng itu benar, tapi sebagian besarnya fantasi belaka," tulis Seagrave dalam buku yang kita sarikan ini. Kapal bernama Colfax, kata dia, tidak pernah singgah di Boston. Tiada pula nama Kapten Jones yang menjadi nakodanya. "Jenderal" Carr pun tidak terdapat dalam daftar pahlawan Perang Saudara. Orangtua Charlie sebenarnya bermarga Han, bukan Soong.
Tapi riwayat Charlie yang sebenarnya ternyata lebih menarik. Kunci pertama yang membuka asal-usul dia yang remang-remang terdapat dalam surat-surat yang ia tulis sendiri pada 1881, ketika ia berada di rantau selama enam tahun. Wartawan James Burke yang menemukan surat-surat tadi pada akhir 1930-an. Yakni ketika ia menyiapkan riwayat hidup ayahnya, William Burke, yang menjadi pengabar Injil. Si Burke tua itu adalah kawan lama Charlie Soong, dan kedua sahabat itu konon sering bersurat-suratan. Surat-surat Charlie ditulis dalam bahasa Inggris yang payah, dengan ejaan yang centang-perenang. Maklum, si akiau baru saja belajar bahasa Inggris.
Dalam surat-surat itulah Charlie menulis bahwa ayahnya tinggal di "Cina Tenggara di negara Canton di wilayah yang disebut monshou". Yang disebut "negara Canton" tentunya Provinsi Kwantung, yang punya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…