Mengubur Dendam Di Pusara Kiai

Edisi: 30/38 / Tanggal : 2009-09-20 / Halaman : 32 / Rubrik : NAS / Penulis : Wahyu Dhyatmika, Kukuh S. Wibowo ,


PRIA sepuh itu sesekali tersenyum hangat, matanya berbinar, seraya mendengarkan dengan tekun. Di hadapannya, belasan warga setempat—beberapa pernah menjadi santri di Pesantren Sabilil Muttaqien, di Desa Takeran, Magetan, Jawa Timur, yang menjadi lokasi pertemuan pada akhir Agustus lalu itu—bergiliran bercerita soal pengalaman mereka lebih dari 50 tahun lampau.

Setelah semua yang hadir habis bercerita, Dahlan Iskan, kerabat pengasuh pesantren itu, membuka ”rahasia” identitas tamu yang dibawanya. ”Beliau ini dulu Gubernur Militer di Madiun,” kata direktur utama kelompok media Jawa Pos ini.

”Namanya Soemarsono. Beliau ini orang ketiga setelah Amir Sjarifuddin dan Muso,” kata Dahlan lagi. Dengan kata lain, dialah salah satu tokoh utama di balik Peristiwa Madiun, bentrokan barisan pendukung Partai Komunis Indonesia dan kelompok kanan yang ingin menghabisi tokoh komunis di sana, pada September 1948.

Semua yang hadir tertegun. Mereka baru saja lancar bercerita bagaimana orang tua dan kerabat mereka—yang rata-rata aktif di Masyumi—diculik orang-orang Partai Komunis Indonesia pasca-Peristiwa Madiun 1948. Lima kiai utama di Pesantren Sabilil Muttaqien bahkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?