[1918] Jamu Jago.

Edisi: 32/38 / Tanggal : 2009-10-04 / Halaman : 52 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Tim Lipsus, ,


PERISTIWA aneh itu terjadi pada 1917. Seorang pertapa—sebenarnya penampilannya lebih mirip orang gila—tiba-tiba muncul di rumah keluarga Tjoeng Kwaw Suprana di Wonogiri. Malam itu ia minta makan dan mohon diperkenankan menginap.

Esok harinya, si pertapa mengucapkan terima kasih, dan membuka misteri tentang jati dirinya. Ia sebenarnya pangeran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sedang melakukan tapa ngedan di Gunung Lawu. Di antara rasa takjub yang belum reda, Tjoeng Kwaw Suprana mendengar tamu istimewa itu berpesan agar ia menggunakan nama Jago (ayam jantan, dalam bahasa Jawa).

Waktu itu ia baru saja membuka usaha kecil-kecilan. Mengamati bagaimana ibundanya meracik jamu gendong siap minum, Suprana mencoba membuat terobosan. Racikan ditumbuk, lantas dikemas kecil-kecil supaya praktis. Setahun berselang, usaha ini bergerak maju. Saat itulah, 1918, Suprana membubuhkan nama yang dipesankan tamu itu untuk merek jamunya.

Usahanya melejit cepat. Pada 1936, Suprana menyerahkan tongkat estafet kepada empat putranya: Anwar Suprana, Panji Suprana, Lambang Suprana, dan Bambang Suprana. Di tangan empat bersaudara itulah Jamu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…