Tergagap Diguncang Bencana

Edisi: 34/38 / Tanggal : 2009-10-18 / Halaman : 32 / Rubrik : NAS / Penulis : Sunudyantoro , Ismi Wahid, Febrianti


MARTINAH mondar-mandir di pos komando bantuan gempa di Jalan Hiu, Kelurahan Pasir Ulak Karang, Padang. Di dalam tenda, ia tak menemukan apa-apa kecuali sekardus air kemasan. Beberapa penjaga posko duduk di bawah rindang ketapang di tepi jalan.

Di rumahnya di Jalan Bahari, masih di Pasir Ulak Karang, yang berjarak 300 meter dari pos, sepuluh mulut perlu makan. Perempuan 41 tahun itu tinggal bersama dua anak dan lima cucu. ”Kami yang tua kuat lapar, tapi anak-anak harus makan,” katanya, Rabu pekan lalu.

Sejak gempa 7,6 skala Richter pada Rabu dua pekan lalu, Martinah setiap hari harus ke sana-kemari mencari bantuan sekadar untuk makan. Gempa itu menyebabkan 739 orang tewas dan 296 hilang. Setidaknya 863 orang luka berat dan 121.679 rumah ambruk. Kerugian akibat rusaknya bangunan mencapai hampir Rp 2,2 triliun.

Gempa membuat Martinah praktis kehilangan nafkah. Sebelumnya ia berjualan makanan ringan di SMP Negeri 12 Padang. Sekolah itu rusak berat sehingga diliburkan. Adapun dinding rumah Martinah ripuk, lantai belah, rumah doyong bagai tepekur. Keluarga itu lalu membangun tenda terpal di samping rumah.

Ketika gempa mengamuk, Martinah di rumah kerabatnya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?