Makarim Wibisono
Edisi: 35/38 / Tanggal : 2009-10-25 / Halaman : 68 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Tim Lipsus, ,
PENYEJUK udara di Inter Continental Hotel, Bali, itu tak dapat menurunkan suhu panas ruang sidang para delegasi negara se-Asia Tenggara. Dalam Senior Official Meeting ASEAN pada 2003 itu, delegasi Kamboja, Laos, Vietnam, dan Burma memasang wajah keras. Mereka berkukuh menolak usul Indonesia yang menawarkan ide memasukkan hak asasi manusia dan demokrasi ke dalam visi ASEAN.
âIni usul penting demi perkembangan ASEAN ke depan,â ujar Rizal Sukma, peneliti Centre for Strategic and Information Studies. Maklum, dari sepuluh anggota ASEAN, praktis hanya Filipina dan Thailand yang relatif sudah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Indonesia masih terhitung âanak baruâ yang belum lama menyelenggarakan pemilihan umum demokratis pertama setelah kekuasaan Soeharto tutup buku.
Rizal menyaksikan delegasi Singapura dan Malaysia hanya terdiam. Sang pemecah kebekuan pun muncul. Makarim Wibisono, kini 62 tahun, diplomat dengan jam terbang tinggi yang menjadi anggota delegasi Indonesia itu tampil ke muka. Dengan ketenangan luar biasa, Makarim pelan-pelan membujuk…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…