Nasaruddin Umar
Edisi: 35/38 / Tanggal : 2009-10-25 / Halaman : 94 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Tim Lipsus, ,
DELAPAN tahun lalu, ketika Megawati Soekarnoputri hendak menggantikan Abdurrahman Wahid sebagai presiden, sebagian umat Islam menentang. Perempuan dianggap tidak diperbolehkan agama duduk di pucuk kepemimpinan negeri ini.
Nasaruddin Umar menentang pendapat yang sangat bias gender ini. Ketika itu ia masih menjabat Pembantu Rektor III Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah (sekarang Universitas Islam Negeri) Jakarta. Dia menjelaskan bahwa pendapat perempuan terlarang menjadi pemimpin bagi laki-laki hanya berdasarkan tafsir atas sepenggal ayat dalam Al-Quran. Padahal, menurut dia, Al-Quran jelas-jelas tidak membenarkan diskriminasi berdasarkan etnis, ras, ataupun jenis kelamin.
Sebelum kontroversi soal presiden perempuan itu mencuat, kesetaraan laki-laki dan perempuan sebenarnya sudah menjadi fokus perhatian Nasaruddin. Disertasi doktoralnya di IAIN Syarif Hidayatullah khusus mengupas soal bias gender dalam penafsiran ayat-ayat Al-Quran. âAwalnya, dosen pembimbing saya juga menganggap isu ini tak layak menjadi bahan disertasi,â…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…