Pemilu Diluar Dugaan ; Semarak 1987

Edisi: 09/17 / Tanggal : 1987-05-02 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis :


PUKUL 14.00 tepat, kotak suara itu dibuka. Wajah-wajah penuh ingin tahu segera berkerumun di TPS VIII itu. Dari jarak puluhan meter, penghitungan bisa diikuti lewat pengeras suara.

Dengan gaya seorang,reporter pertandingan olah raga, pelapor penghitungan tersebut mengumumkan hasil pilihan para warga itu. Akhirnya, tiba surat suara yang terakhir. "Ya, kartu akan dibuka. Perhatikan baik-baik. Ya .... Belum. Sedang dibuka ... Sabar. Siapa yang akan dapat . . . Kita lihat.

Ternyata . . .PDI." Keplok bergema. Hasil perhitungan: PDI unggul dengan 201 suara. Disusul Golkar dengan 197 dan PPP dengan 152.

Menarik untuk diketahui, TPS VIII ini terletak hanya beberapa meter dari masjid Assa'adah, tempat ibadat yang tiga tahun lalu meletuskan peristiwa Tanjungpriok. "Pada pemilu lalu PPP menang di sini dan PDI cuma dapat belasan suara," kata seorang pemuda setempat.

PDI ternyata tidak hanya menang di satu tempat pemungutan suara ini. Di banyak TPS di Tanjungpriok, PDI berhasil mengungguli kedua kontestan lainnya. Bahkan untuk tingkat Jakarta, secara amat meyakinkan PDI melangkahi PPP yang makinmerosot pamornya itu. Telah terjadikah perubahan berarti dalam masyarakat kita dalam lima tahun terakhir ini?

Hasil Pemilu 1987 memang di luar dugaan hampir semua orang. Hasil perhitungan sementara hingga Selasa siang lalu menunjukkan perolehan suara: dari 85.776.884 suara yang masuk (91,28%), Golkar memperoleh 62.600.866 suara (72,98%), PPP mendapat 13.731.884 (16,01%), dan PDI 9.444.094 suara (11,01%).

Perolehan suara itu mengakibatkan perubahan besar dalam komposisi kursi di DPR. Menurut Mendagri Soepardjo Rustam, dari 400 kursi DPR yang diperebutkan (yang 100 disediakan untuk ABRI), Golkar akan mendapat 299 kursi, PPP 63, dan PDI 38. Bandingkan dengan hasil Pemilu 1982 (yang memperebutkan 360 kursi DPR) yang menghasilkan perolehan Golkar 242 kursi PPP 94, dan PDI 24.

Bukan cuma hasil pemilu saja yang berubah. Cukup banyak alasan dan faktor yang menjurus ke kesimpulan: Pemilu 1987 adalah pemilu yang paling menjanjikan perubahan dibanding tiga pemilu sebelumnya di zaman Orba.

Paling mencolok dari semua perubahan itu ialah dicapainya ketertiban dan keamanan dalam masa kampanye, hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. "Inilah kampanye yang teraman yang pernah saya alami," kata seorang perwira menengah yang bertugas dalam semua pemilu sejak Orde Baru.

Sulit mendapatkan pendapat yang berbeda dengan yang dikemukakan oleh perwira ini. Yang bisa diperoleh ialah perbedaan dalam menafsirkan sebab ketertiban yang melegakan itu. Ada yang menekankan apatisme orang banyak terhadap pemilu yang menyebabkan keberingasan menghilang. "Rakyat akhirnya tahu bahwa percuma ngotot. Yang menang itu-itu juga," kata seorang yang tampaknya apatis.

Tapi kegiatan kampanye yang amat meriah pada saat-saat terakhir dan jumlah suara yang masuk ternyata membantah pendapat kaum apatis ini. Memang, jumlah suara yang "hilang" dan tidak sah - yang bisa menjadi indikasi banyaknya golput--sampai jutaan, tapi secara keseluruhan bisa dinilai pemilu yang baru berakhir pekan lalu itu bisa dibilang berhasil.

Masih ada korban, memang, tapi sebagian besar karena kecelakaan lalu lintas selama kampanye. Kecuali seorang di Jawa Tengah yang tewas karena, seperti yang diumumkan Mabes ABRI, meneoba merebut senjata petugas, tak ada lagi korban yang diakibatkan "keberingasan".

Mengapa keberingasan melenyap? Orang pun menunjuk asas tunggal sebagai penangkar keberingasan. Karena semua sudah Pancasilais, tentu tidak ada alasan beringas, begitu logika mereka yang menggunakan penjelasan ini. Dan karena semua berasas sama, ideologi pun ditinggalkan. Lepas dari apakah ini sumber hilangnya keberingasan, yang patut dicatat adalah: Pemilu 1987 ini adalah pemilu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?