Eksil Membawa Tanah Air

Edisi: 40/38 / Tanggal : 2009-11-29 / Halaman : 61 / Rubrik : IQR / Penulis : Purwanto Setiadi, Luky Setyarini, Sri Pudyastuti Baumeister


DUA puluh tahun lalu, Dai Qing adalah penentang gigih proyek dam raksasa Three Gorges di Sungai Yangtze. Selain menulis di media massa (dia wartawan investigasi), pada 1989, dengan menempuh risiko besar, dia menerbitkan Yangtze! Yangtze!, sebuah kumpulan esai, wawancara, dan petisi oleh kaum intelektual pengkritik rencana pembangunan dam yang jika terlaksana bakal menggenangi 800 desa, memaksa pemindahan 1,8 juta orang, dan menelan 100 ribu hektare lahan pertanian paling subur di Cina; belum lagi, di antara itu, kerusakan lingkungan besar-besaran pasti tak terelakkan.

Berkat Yangtze! Yangtze!, tekanan terhadap rencana pembangunan dam kian besar hingga pemerintah Cina akhirnya memutuskan menunda proyek itu. Tapi, pada Juni tahun yang sama, terjadi tragedi Tiananmen—ketika pemerintah Cina membasmi dengan tangan besi demonstrasi prodemokrasi oleh mahasiswa; tindakan yang menewaskan setidaknya 3.000 orang. Dengan alasan bahwa Yangtze! Yangtze! telah ”mendorong timbulnya kekacauan”, militer pun resmi membredel. Dai dilarang pula menerbitkan apa pun di Cina; dia juga dijebloskan ke penjara selama 10 bulan.

Tapi putri seorang martir revolusi, mantan teknisi rudal, dan pernah menjadi agen intelijen yang kini berusia 68 tahun itu tak pernah menyerah. Dan karena itulah, di mata pemerintah Cina, dia bukanlah penulis yang patut mendapat restu untuk hadir di Pameran Buku Frankfurt tahun ini, yang memilih Cina sebagai tamu kehormatan (guest of honor).

Berbagai cara dilakukan untuk menghalangi kepergian Dai, juga penulis-penulis disiden lainnya. Undangan dari PEN (Poets, Essayists, Novelists) Jerman, organisasi penulis independen, yang dikirim melalui General Administration of Press and Publication, tidak diteruskan kepada Dai. ”Saya mengetahuinya (ada undangan) lewat e-mail PEN,” kata Dai kepada Tempo. Ketika Dai bertanya, dijawab undangan belum sampai, lalu hilang di jalan. Pada hari Dai berangkat, tiketnya dinyatakan tidak berlaku; Dai saat itu juga membeli tiket baru dan terbang ke Jerman.

Insiden terjadi di ruang simposium bertemakan ”Cina dan Dunia—Persepsi dan Fakta”, salah satu kegiatan pemanasan menjelang pameran tahunan yang dijadwalkan berlangsung pada 14-18 Oktober. Ketika Dai dan Bei Ling, salah seorang penulis Cina dalam pengasingan, dipanggil untuk naik ke podium di salah satu ruang Instituto Cervantes, Frankfurt, itu, delegasi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…