Porkas: Dana, Dukun & Duka
Edisi: 16/17 / Tanggal : 1987-06-20 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :
GEDUNG Sasana Krida Pluit, Jakarta Utara, malam itu dijaga ketat. Di setiap pintu, sejumlah petugas bersenjata, lengkap dengan handy talky, tampak berjaga-jaga. Malam itu, Minggu 14 Juni lalu, gedung yang biasa digunakan latihan bulu tangkis itu menjadi pusat perhatian.
Di situlah acara penyaringan kupon Porkas diselenggarakan. Sekitar pukul 22.45. Notari J. Tana memberitahukan tata cara proses penyaringan kepada sekitar 200 hadirin yang memenuhi ruangan. Di atas panggung, tampak papan pengumuman Porkas berukuran besar, yang dihuat mirip kupon Porkas.
Malam itu, dari 14 pasang kesebelasan yang direncanakan bertanding, ternyata ada tiga pasang yang pertandingannya batal. Masing-masing kesebelasan Persisum (Sumbawa) vs PS Galap (Sumbawa juga), Persik (Kendal) vs Persipur (Purwodadi), dan PSSI melawan PSV Eindhoven. Padahal, ketiga pertandingan itu jelas dicantumkan dalam kupon Porkas yang sudah diheli para pecandu. Lalu bagaimana?
Tidak terlalu sulit. Notaris J. Tana yang memimpin penyaringan, sesuai dengan aturan main yang ada menggunakan tiga buah bola untuk menentukan kesebelasan mana yang menang. Singkat cerita, hasil penarikan Porkas malam itu adalah: N-J-C-K-D-M-G-H-I-A-B. Penebak tepat, kalau ada, bisa mengambil hadiah pertama sebesar Rp 100 juta.
Hasil penarikan itu segera dipancarkan ke seluruh Indonesia lewat Satelit Komunikasi Palapa. Rangkaian 14 aksara ini langsung ditulis atau dipasang di ribuan tempat, ditongkrongi dengan harap harap cemas oleh para pemasang Porkas. Urutan huruf-huruf itu pun lalu diderakkan ratusan ribu, mungkin jutaan, mulut di seluruh Persada Nusantara tercinta.
Minggu malam memang merupakan hari besar kuat mereka. Saat itulah, menjelang tengah malam, undian Porkas ditarik. Di Sukabumi, Jawa Barat, setiap Minggu malam orang berbondong menuju sebuah gedung berlantai tiga di Jalan A. Yani. Itulah agen besar Porkas di kota itu. Di sini, orang biasa mengartikan Porkas sekagai "Persatuan Orang-orang Kesasar".
Meski kemungkinan untuk menang, apalagi meraih hadiah pertama, sangat kecil, orang ternyata tak menjadi jera. Kupon Porkas seharga Rp 300 per lembar tetap digandrungi di mana-mana. Malah belakangan ini, meski kehadirannya tetap disorot dan diributkan - seperti tercermin dalam kecaman-kecaman selama masa kampanye pemilu - tampaknya makin banyak orang yang jatuh cinta. Saat penyaringan di Gedung Sasana Krida Pluit, Minggu pekan lalu itu, Notaris J. Tana mengumumkan bahwa kupon yang diedarkan pekan itu sebanyak 10 juta lembar.
Dari jumlah itu, dua juta lembar kupon berwarna putih dan yang delapan juta berwarna cokelat. Karena harga per lembar kupon Rp 300, berarti dalam sepekan, dana yang tersedot lewat Porkas berjumlah Rp 3 milyar!
Dana sebegitu itu dikumpulkan hampir dari seluruh Indonesia. Tak terkecuali di Daerah Istimewa Aceh, yang dikenal sebagai "Daerah Bebas Porkas". Secara resmi, memang, seperti dikatakan Gubernur Aceh, Ibrahim Hasan, kepada TEMPO, "Pemda Aceh tak mengeluarkan iin peredaran Porkas." Sikap itu diambil, karena MUI (Majelis Ulama Indonesia) Aceh tak merestui upaya pengumpulan dana untuk pembinaan olah raga lewat penjualan kupon undian.
Di Serambi Mekah memang tak tampak ada kios atau kedai yang menjual Porkas. Secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi. Tapi bagi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?