Martini » Kerajinan Eceng Gondok, Spirit Dari Tepi Kali Progo

Edisi: 44/38 / Tanggal : 2009-12-27 / Halaman : 52 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : Tim Lapsus, ,


DI sebuah warung soto di Bantul, Martini menerima tantangan majikannya. Ini kali ketiga sang majikan meyakinkan Martini, 37 tahun, untuk menjalankan usaha sendiri. Sang bendoro, pengusaha kerajinan, sudah tak sanggup lagi meneruskan usahanya. ”Kalau dalam dua tahun belum ada kontainer, kamu datang ke sini dan jitak kepala saya,” kata Martini, menirukan sang bos.

Martini bekerja sebagai penjaga toko kerajinan di Bantul, Yogyakarta, sejak 1997. Baru setahun bekerja, toko kerajinan itu kesulitan modal. Tapi ibu satu anak ini tak mau meninggalkan majikannya dalam keadaan oleng. Ia rela tak dibayar beberapa bulan, hingga dorongan dari sang bendoro datang, pada akhir 1998.

Awalnya, Martini tak langsung menerima tantangan itu. Ia gamang. Modal dan pengalaman sangat terbatas.

Bekal pendidikannya pun hanya sekolah menengah pertama. Tapi akhirnya ia tak bisa mengelak.

Dengan bekal Rp 250 ribu, ia memulai usaha kerajinan eceng gondok di rumahnya di Desa Banguncipto, Kulon Progo, Yogyakarta, pada Maret 1999. Uang itu cukup untuk membeli mesin jahit bekas dan bahan bakunya. Ia membuat alas meja, tikar, bantal, dan tas. Produknya dititipkan ke pedagang kerajinan di sekitar…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…