Fulus Sampoerna Dan Koran Istana

Edisi: 47/38 / Tanggal : 2010-01-17 / Halaman : 27 / Rubrik : NAS / Penulis : Wahyu Dhyatmika, Ninin Damayanti, Oktamandjaya Wiguna


ANGKA 234 besar-besar di sisi depan gedung berlantai empat di Jalan Pemuda, Rawama­ngun, Jakarta Timur itu tampak mencolok. Posisinya strategis: persis di bawah tulisan Jurnal Nasional yang dipasang di lantai teratas gedung itu. ”Awalnya alamat gedung ini Jalan Pemuda 34,” kata Pemimpin Umum Harian Jurnal Nasional N. Syamsuddin Ch. Haesy, saat ditemui di kantor itu, pekan lalu. ”Tapi, karena nomor di sini acak, ya kami tambahkan 2. Jadi 234,” katanya tertawa. Di pagar depan, nomor lama kantor itu masih terpampang.

Angka 234 tak hanya nangkring di atap gedung. Deretan angka serupa juga bertebaran di tempat lain. Pelat nomor kendaraan sebuah mobil Nissan X-Trail yang diparkir di lobi gedung Jurnal Nasional, misalnya, juga berisi deretan angka sakti serupa: 234.

Koran Jurnal juga memuat rubrik Jendela 234 kolom tetap yang ditulis secara bergantian oleh Syamsuddin Ch. Haesy dan Ramadhan Pohan, mantan pemimpin redaksi harian itu. Siapa pun mafhum, 234 adalah Dji Sam Soe, me­rek rokok kebanggaan Sampoerna.

Persis di depan kantor redaksi Jurnal Nasional, tegak berdiri kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat. Bendera biru berlambang tiga segitiga milik partai pemenang Pemilihan Umum 2009 itu berkibar-kibar di sana. Kedua kantor ini hanya dipisahkan jalan raya.

Dua simbol inilah—angka 234 dan lokasinya yang dekat Partai Demokrat— yang dicurigai peneliti George Junus Aditjondro. Pada bab pertama ­buku­nya, Membongkar Gurita Cikeas, George menuding Sunarjo Sampoerna—kepo­nakan jauh taipan industri rokok Putera Sampoerna—menggelontorkan Rp 150 miliar untuk Jurnal Nasional.

Agak serampangan, George lalu menyimpulkan ada kaitan antara tindakan penyelamatan Bank Century oleh Komite Stabilitas Sektor Keuangan pada November 2008, dan fakta bahwa ayah Sunarjo, Budi Sampoerna, adalah nasabah terbesar Century. Total simpanan Budi di bank itu sekitar US$ 96,5 juta. Namun dia pernah me­nyimpan sampai Rp 2,1 triliun di bank kecil milik trio Robert Tantular, Hesham al-Warraq, dan Rafat Ali Rizvi itu. Jika bank itu ditutup, mau tak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?