Artalyta Suryani: Penjara Tak Membatasi Saya

Edisi: 47/38 / Tanggal : 2010-01-17 / Halaman : 94 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Tim Investigasi, ,


Di persidangan, Artalyta Sur­yani adalah perempuan yang menjaga penampilan: sasak rambutnya mengkilap, rias wajahnya merona, busana­nya elegan, serba two-pieces. Di Ru­mah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, tampilannya jauh lebih sederhana. Dia mengenakan celana hitam, dipadu kaus merah. Sapuan eye sha­dow biru membikin wajahnya lebih cerah. Ayin, begitu dia disebut, terlihat lebih muda dari 47 tahun usianya.

Dihukum lima tahun dalam kasus suap untuk jaksa Urip Tri Gunawan, Artalyta menghuni penjara itu sejak Maret 2009. Dia biasa memulai hari dengan senam aerobik dan joging. Setelah mandi, ia ”ngantor” di lantai tiga gedung perkantoran penjara. Di situ pula, ia menghabiskan waktu bersama Franklin, 10 bulan, anak angkatnya.

Senin pekan lalu, Ayin hampir dua jam menerima Tempo di ruang Kepala Pengamanan Tahanan. Ia ditemani sopir pribadinya, yang setiap hari datang ke penjara. Pemilik ruangan kantor menunggu di ruang lain selama wawancara berlangsung. Hampir semua pertanyaan ia jawab dengan cepat dan lancar, kecuali soal hubung­annya dengan keluarga Istana. Berikut ini kutipannya.

Selama di penjara, Anda benar-benar putus dengan dunia luar?

Sedikit stagnan dan terputus dengan dunia luar. Namun, karena punya perusahaan, saya tak mau karya­wan lepas kendali. Semua harus saya tangani. Penjara tak menjadikan saya hilang kemampuan atau membatasi kemampuan saya. Yang penting tak melanggar ketentuan dan tak mengganggu teman.

Bagaimana Anda bisa tetap mengatur bisnis dari penjara tanpa melanggar aturan?

Para pemimpin perusahaan saya datang pada jam besuk. Lalu saya bisa menumpang di ruang sini atau ruang petugas lain. Saya harus tetap memimpin. Masak, karena dipenjara, perusahaan saya tidak jalan semua? Anak saya, Rommy, juga biasa ke sini. Dia yang mengatur semua.

Kapan mereka harus datang ke sini?

Misalnya menjelang Lebaran, saya perlu meminta mereka jangan ada kemacetan di penyeberangan. Jangan ada pungli. Itu saya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…