Boedi Sampoerna: Lila Pintar Mengambil Hati

Edisi: 52/38 / Tanggal : 2010-02-21 / Halaman : 32 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Oktamandjaya Wiguna, Fajar W. Hermawan, Wahyu Dhyatmika


TIGA jam tanpa jeda Boedi Sampoerna, 76 tahun, berkisah tentang sejarah duitnya di Bank Century. Setelah berbulan-bulan kasus bank gagal yang diambil alih pemerintah itu jadi omongan, baru kali ini deposan terbesar Century ini mau menemui juru tinta untuk sebuah wawancara tatap muka. Sebelumnya, ia hanya meladeni wawancara tertulis yang jawabannya ia titipkan melalui pengacara. Kali yang lain ia mengirim rilis yang disusunnya dalam format tanya-jawab.

Rabu pekan lalu, Boedi menemui wartawan Tempo Oktamandjaya Wiguna, Fajar W. Hermawan, Wahyu Dhyatmika, dan fotografer Fully Syafi. Sehari kemudian ia melakukan wawancara dengan dua stasiun televisi. Untuk Tempo, juragan tembakau ini memilih ruang VIP Rumah Makan Resto Nine di Jalan Mayor Jenderal Sungkono, Surabaya. Malam itu, ia ditemani pengacaranya, Eman Achmad Sulaeman.

Meski mengidap diabetes sejak 20 tahun lalu, Boedi terlihat segar. Bicaranya lancar. Ia juga kerap berseloroh. ”Sudah saya jelaskan ke Komisi Pemberantasan Korupsi, sekarang saya lego,” katanya dengan dialek Surabaya yang kental. Meski lahir di Chicago, Amerika Serikat, hidupnya lebih banyak dihabiskan di Kota Pahlawan itu.

Boedi mengaku mengikuti berita tentang Bank Century. Ia juga menonton Robert Tantular, pemilik Bank Century yang kini mendekam di penjara, memberikan kesaksian di depan Panitia Khusus Hak Angket Kasus Bank Century Dewan Perwakilan Rakyat. ”Bikin mangkel,” katanya.

Ia mengaku terganggu oleh pemberitaan yang menuduhnya sebagai sumber sengkarut kasus Century. Meski demikian, kata dia, ada pula koran yang menyebutnya pahlawan karena menahan diri tak mencairkan seluruh deposito sebesar US$ 170 juta dan Rp 153 miliar. ”Saya disebut pahlawan, tapi tetap duit ndak balik,” ujarnya terkekeh.

Apa yang membuat Anda menyimpan uang di Bank Century?

Bunganya sih hampir sama…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…