Aids Atau Bom Waktu

Edisi: 52/17 / Tanggal : 1988-02-27 / Halaman : 49 / Rubrik : SEL / Penulis :


Seorang wartawan menulis buku tentang dirinya dan teman-temannya yang terjangkit AIDS. George Whitmore memang seorang homoseks, karena itu ia melihat dunia AIDS dari tangan pertama. Tak ada yang benar di dunia ini setelah Anda diberi tahu terkena AIDS, katanya.

"SEUMPAMA Alfred Hitchcock masih hidup, ia tentu akan membuat film tentang AIDS," kata dr. Abe Macher spesialis infeksi di Institut Kesehatan Nasional AS, lima tahun yang lalu. Benar. Ketika itu AIDS memang sebuah horor. Seorang homoseksual terkena diare, bobotnya turun drastis, timbul bercak-bercak merah di tubuhnya, lalu mati. Tak lama kemudian beberapa orang di lingkungannya pun menyusul terkena gejala sama, dan mati. Lalu sejumlah anak-anak terkena pula. Bagaikan setan gentayangan yang sulit ditebak gebrakannya, begitulah AIDS, penyakit yang dinamakan menurut efeknya acquired immune deficiency syndrome, rusaknya daya tahan tubuh.

George Whitmore bukan Hitchcock. Ia tak membuat film, karena bukan sutradara besar. Whitmore sekadar seorang jurnalis freelance, satu dari sekian juta wartawan di Amerika Serikat. Sebagaimana jurnalis yang lain, ia pun tertarik menulis tentang AIDS. Kebetulan, teman-temannya, yang homoseksual, beberapa terkena dan meninggal. Ia menulis tentang mereka.

Kini si jurnalis ini menjadi perhatian. Soalnya, ternyata, ia terkena "setan gentayangan" itu pula. Lebih dari itu, ia menulis buku, Someone Was Here. "Seseorang hadir di sini" mengisahkan dirinya dan AIDS. Buku ini baru akan terbit April nanti. Tulisan berikut diambil dari petikan buku tersebut, yang dimuat The New York Times Magazine, akhir Januari.

* * *

AIDS telah membuat saya dan mereka yang ketularan bak sebuah bom waktu berjalan. Bukan cuma menunggu kematian, tapi ada keinginan di dalam diri untuk menunda kematian. Yang tak sepenuhnya kupahami adalah akibat yang kusandang. Dulu, kupikir, kalau aku menulis tentang AIDS, maka ada kemungkinan aku tak akan terkena.

Artikel pertamaku terbit pada Mei 1985. Tapi AIDS rupanya tak memahami pikiranku. Kurang dari setahun kemudian, sebuah bercak merah di betisku menandakan satu dari sejumlah gejala AIDS pertama, yakni penyakit kulit sarkoma Kaposi.

Ironisnya, justru ketika itulah baru saja aku menerima tawaran untuk menulis buku tentang AIDS. "Tulis saja," kata dokterku. Aku pun setuju. Daripada kehilangan pegangan, setidaknya ada yang harus kulakukan sepanjang sisa hidupku.

Sarkoma Kaposi itu sendiri sebenarnya bukan gejala gawat, bila penderitanya tak lalu terkena infeksi lain sehubungan dengan AIDS. Banyak penderita penyakit kulit itu masih bertahan lima tahun, bahkan lebih.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…