Tafsir Hujan Di Musim Hujan
Edisi: 02/39 / Tanggal : 2010-03-14 / Halaman : 56 / Rubrik : SN / Penulis : Rofiqi Hasan, Kurniawan,
Dua petarung turun ke gelanggang. Mereka bertelanjang dada dan menggenggam erat cambuk rotan di tangan kanan. Tangan kiri memegang tamiang (tameng). Mereka menari-nari, menanti aba-aba dari wasit, dalam -iringan nada gamelan yang rancak. Sejurus kemudian keduanya saling pukul dengan sungguh-sungguh hingga darah mengucur. Luka-luka itu dianggap sebagai persembahan bagi para dewa agar bersedia menurunkan hujan dan membasuh kemarau panjang.
Ritual Gebug Seraya atau Gebug Ende itu biasa dipentaskan di Desa Seraya, Karangasem, Bali, ketika musim kering teramat panjang. Tapi, akhir -Februari lalu, ritual itu ditampilkan di Bentara Budaya Bali, di Desa Ketewel, Kabupaten Gianyar. Upacara meminta hujan oleh para seniman tradisional itu digelar untuk membuka Festival Hujan, yang berlangsung pada 21-28 Februari, justru ketika hujan sudah sangat sering turun mengguyur Tanah Dewata.
Selanjutnya, giliran seniman modern yang berbicara soal hujan. Teater Payung Hitam dari Bandung menyuguhkan repertoar Puisi Tubuh dalam pembukaan festival itu. Repertoar itu menekankan ketergantungan manusia pada air. Mereka menampilkan sesosok lelaki berjubah putih sebatas dada yang mirip pendeta Hindu. Dia membawa bumbung (tempat air dari bambu) yang diselempangkan di punggung. Dia menari-nari di seputar sebuah ku-bangan sumber air yang berada di tengah "panggung" di halaman gedung itu. Sang pendeta pergi, kemudian muncul empat penari lelaki bertelanjang dada dengan celana transparan, seolah telanjang. Mereka juga membawa bumbung dan menari-nari meminta hujan.
Tiba-tiba muncul sosok raksasa mengganggu mereka. Aktor yang memerankannya memakai kaki palsu sehingga bertubuh lebih tinggi-yang digunakan juga…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.