Gita Irawan Wirjawan: Kami Tidak Ngomong Doang

Edisi: 04/39 / Tanggal : 2010-03-28 / Halaman : 109 / Rubrik : WAW / Penulis : TIM Wawancara, ,


KETIKA Gita Irawan Wirjawan dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal pada November lalu, tugas ekstraberat langsung dia sandang. Gita, 44 tahun, harus memenuhi target investasi sekitar Rp 2.000 triliun per tahun hingga 2014. Angka itu diperlukan demi mengejar pertumbuhan ekonomi minimum tujuh persen.

Gita punya cukup modal untuk menarik duit investor ke Indonesia. Malang melintang di beberapa perusahaan investasi raksasa, seperti Goldman Sachs dan JP Morgan, jaringan bisnis Gita tersebar di mana-mana. Paling tidak hal itu sudah terbukti dari kepiawaiannya membesarkan Ancora Capital, perusahaan investasi yang dia dirikan dua tahun lalu, dalam waktu relatif singkat.

Tapi, mengurus perusahaan dengan ”membesarkan” negara tentu kesulitannya jauh berbeda. Apalagi dengan anggaran yang hanya Rp 380 miliar setahun, Badan Koordinasi mesti jungkir balik mengejar target yang nilainya ratusan kali lipat anggaran belanja pemerintah itu. ”Seperti bermain jazz, harus berimprovisasi,” kata Gita tentang kiatnya menyiasati kendala dalam menarik investor.

Improvisasi ini termasuk untuk urusan menara telekomunikasi. Dalam soal bisnis menara telekomunikasi ini, dia bersilang pendapat dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring. Gita berkeras bisnis ini terbuka untuk investasi asing, sedangkan kubu Medan Merdeka Barat, kantor Tifatul, menghendaki kue bisnis ini hanya boleh dinikmati pemodal lokal.

Pelarangan investasi asing di bisnis menara, menurut Gita, berlawanan arah dengan semangat mengundang investasi ke negeri ini. Rabu pekan lalu, di kantornya di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, dengan menggebu-gebu Gita memaparkan kepada Tempo berbagai persoalan yang harus dia atasi supaya investasi berduyun-duyun masuk ke Indonesia.

Bagaimana Anda menarik investasi asing dan domestik?

Tantangannya banyak. Yang pertama, soal persepsi mengenai iklim investasi di Indonesia. Itu menyangkut ketidakpastian hukum dan tumpang-tindih kebijakan.

Beberapa jajak pendapat menunjukkan iklim investasi di Indonesia belum banyak beranjak?

Soal kemudahan usaha, IFC menempatkan Indonesia di peringkat 122. Versi World Economic Forum, iklim investasi Indonesia di urutan 54, dan menurut PERC, korupsi di Indonesia terburuk di Asia. Bahkan lebih buruk ketimbang Kamboja. Bila Presiden Barack Obama jadi datang, Indonesia akan masuk headline di halaman pertama koran-koran dunia. Ini harus dimanfaatkan. Meskipun secara substansi dampaknya tidak signifikan, untuk promosi investasi sangat luar biasa.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…