Hendrix Dan Manifesto Politik
Edisi: 10/39 / Tanggal : 2010-05-09 / Halaman : 86 / Rubrik : IMZ / Penulis : Idrus F. Shahab , ,
JIMI Hendrix. Umurnya 27 tahun, bandananya merah, gitarnya putih, giginya putih, menggoreskan sesuatu yang tak bisa dihapuskan dari catatan sejarah kontemporer Amerika Serikat hingga kini.
Di kota kecil Bethel, New York, fajar belum lama menyingsing ketika ia naik panggung pada hari ketiga pesta musik pop terbesar abad ke-20: Woodstock 1969. Ada sejumlah nama besar yang juga muncul di hadapan ratusan ribu mata penonton pada pertengahan Agustus 1969 itu: The Who, The Grateful Dead, Joan Baez, Ravi Shankar, Blood Sweat & Tears, Credence Clear Water Revival, dan banyak lagi. Tapi tampaknya Hendrix-lah bintang yang paling mencorong pada hari penutup festival itu. Semua seakan menyibak, memberinya jalan, termasuk kelompok musiknya sendiri, The Jimi Hendrix Experience, yang seolah menempatkan diri sebagai sebuah kanvas putih yang siap dicoret, dilukis sang maestro.
Sambil sesekali ditemani bunyi simbal dan drum, ia membawakan The Star Spangled Banner, lagu kebangsaan Amerika,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…