Said Aqil Siroj: Nu Lebih Dihargai Bila Tak Berpolitik

Edisi: 10/39 / Tanggal : 2010-05-09 / Halaman : 141 / Rubrik : WAW / Penulis : Nugroho Dewanto, Yandi M. Rofiyandi, Irfan Budiman


SEJUMLAH teman dan kenalan biasa menyapanya Kang Said saja. Kalangan yang lebih luas memanggilnya Kiai Said. Setelah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siroj tak berkeberatan tetap disapa Kang. ”Enggak masalah,” ujar pengagum filsuf Ibnu Arabi ini.

Terpilih menjadi ketua dalam muktamar di Makassar, 27 Maret lalu, memang tak membuat pria kelahiran Cirebon 56 tahun lalu itu berubah. Dia tetap sibuk berceramah, berbicara di berbagai konferensi dalam dan luar negeri, dan menerima tamu di rumahnya sampai larut malam.

Saat awal susunan pengurus PBNU terbentuk, kesibukannya bertambah lantaran harus menjelaskan berbagai pertanyaan tentang orang-orang yang dipilih. Sejumlah protes bahkan sempat terbit. Susunan pengurus baru organisasi dengan lambang bintang sembilan itu dianggap tak mengikuti keputusan rapat formatur yang digelar di Pati, Jawa Tengah.

Muncul pula gugatan atas terpilihnya Wakil Kepala Badan Intelijen Negara As’ad Said Ali. Soalnya, selain masih aktif sebagai pejabat pemerintah, As’ad sebelumnya tak pernah terlibat dalam kepengurusan NU, baik di tingkat daerah maupun pusat.

Di tengah jadwalnya yang padat, Jumat dinihari pekan lalu, Said menerima Nugroho Dewanto, Yandi M. Rofiyandi, Irfan Budiman, dan fotografer Arnold Simanjuntak dari Tempo. Wawancara dilakukan di rumahnya yang luas di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan.

Di halaman rumah masih terlihat beberapa karangan bunga berisi ucapan selamat atas terpilihnya Said sebagai Ketua Umum PBNU. Salah satunya tercatat dari Umat Katolik Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa. Mengenakan sarung dan kemeja batik serta kopiah di kepala, Said dengan tangkas menjawab setiap pertanyaan.

Kepengurusan PBNU banyak mengundang pertanyaan, misalnya masuknya As’ad Said Ali, yang masih aktif sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara?

Kepengurusan sudah final. Tidak ada larangan pejabat aktif menjadi pengurus NU. Yang tak boleh itu mandataris, yakni rais am dan ketua umum. Kalau di jajaran ketua, boleh. Saifullah Yusuf dipersoalkan karena rangkap jabatan dengan Ketua Umum Ansor, bukan karena dia Wakil Gubernur Jawa Timur. Lagi pula sebentar lagi Pak As’ad pensiun.

Siapa yang memilih As’ad?

Kiai Sahal. Beliau berkata, ”Saya yang minta, bukan pemerintah. Sayang kalau ada potensi berbobot lepas dari kita.”

Apa pertimbangan memilih As’ad?

Beliau adalah warga NU, keturunan Mbah Mutamakkin, sama dengan Kiai Sahal. Ia…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…