Koes Plus: Berawal Dari Genjrengan Di Radio "roti"

Edisi: 11/39 / Tanggal : 2010-05-16 / Halaman : 55 / Rubrik : MEM / Penulis : TIM MEMOAR, ,


Setelah 40 tahun, lagu-lagu Koes Plus dan Koes Bersaudara masih disenandungkan di berbagai pesta, bersanding dengan lagu-lagu band masa kini seperti Dewa, Padi, atau Ungu. Sepanjang perjalanan musiknya, beberapa kali kelompok ini berganti personel. Sekarang band ini bertahan dengan hanya menyisakan Yon Koeswoyo sebagai satu-satunya personel Koes Plus asli. Tempo menelusuri kembali riwayat grup musik legendaris ini dan menyaksikan aksi panggungnya yang masih dibanjiri penonton di sebuah kota kecil di Kalimantan Tengah.

MALAM itu, 10 April 2010, untuk pertama kalinya kami pentas di Sampit. Kota kecil ini mesti kami tempuh empat jam perjalanan darat dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Penat yang menumpuk seketika sirna ketika kami bertemu dengan ibu-ibu dan penggemar setia Koes Plus di tempat yang tak pernah terpikir akan kami sambangi ini. Bersama tiga anak muda, Danang (gitar melodi dan keyboard), Soni (bas), dan Seno (drum), saya unjuk gigi di panggung yang sederhana.

Tak terasa, selama dua jam tanpa henti dua puluh lima lagu sudah kami dendangkan. Semangat saya untuk terus berkarya dan berkiprah di dunia musik tak berkurang meski tampil dengan Koes Plus formasi baru. Saya memang telah bertekad terus bermusik hingga tetes darah penghabisan. Seperti kata (almarhum) Mas Tonny yang selalu berujar, ”Hidup dan matiku untuk musik.”

Tekad itu memberikan roh bagi jiwa Koes Plus saat ini. Meski satu per satu personel Koes Plus pergi, saya memilih terus melanjutkan grup band ini hingga akhir hayat. Selepas Yok dan Murry mengundurkan diri, silih berganti orang menemani saya tampil di atas panggung.

Yok sekarang lebih memilih tinggal dengan para petani binaannya di Saketi, sebuah kecamatan di Pandeglang, Banten. Dia memang tak bisa jauh dari alam. Hanya kadang-kadang dia masih suka menengok kediamannya di Jalan Haji Nawi, Jakarta Selatan.

Adapun Murry, sejak terserang penyakit hernia dan keluar-masuk rumah sakit, memilih beristirahat. Sekarang dia sudah sehat dan sibuk mempromosikan album pop Jawa-reggae-nya. Sesekali dia manggung sebagai bintang tamu bersama band pelestari lagu-lagu Koes Plus. Mas Nomo tinggal di Magelang, Jawa Tengah, dan masih berbisnis.

Sudah enam tahun Koes Plus tampil dengan formasi baru. Anak-anak muda pendamping saya ini lahir bukan dari era emas Koes Plus. Danang, personel paling muda, lahir pada 1980. Meski tak merasakan masa jaya Koes Plus, penampilan Danang tak kalah dibanding Mas Tonny.

Saya pertama kali mengenal Da-nang saat Koes Plus pentas di Jawa Tengah pada 2002. Andolin, yang biasa memainkan gitar melodi dan keyboard, mendadak sakit. Saya langsung teringat kepada Danang. Sebelumnya ada fan bernama Pak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kisah Seputar Petisi 50
1994-02-05

Memoar ali sadikin. ia bercerita panjang mengenai petisi 50 dan sisi-sisi kehidupannya

K
KIAI HAJI ALAWY MUHAMMAD: TAK MUDAH MELUPAKAN KASUS NIPAH
1994-05-28

Kh alawy muhammad, 66, tokoh ulama yang menjadi mediator antara pemerintah dan rakyat ketika terjadi…

A
Anak Agung Made Djelantik: Dokter yang Giat Mengurusi Seni
1994-04-09

Memoar anak agung made djelantik, perumus konsep dasar seni lukis bali. ia pernah menggelar festival…