Bubur Terakhir Untuk Bu Menteri
Edisi: 11/39 / Tanggal : 2010-05-16 / Halaman : 94 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Padjar Iswara,, Yandhrie Arvian, Agoeng Wijaya
SUASANA sarapan pagi Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama tujuh pejabat eselon satu Kementerian Keuangan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Jalan Purnawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu pagi pekan lalu, mendadak kikuk. Teh dan kopi baru diseruput. Roti, nasi goreng, dan bubur belum sempat dinikmati. Tiba-tiba Sri Mulyani menyampaikan maklumat penting: menerima tawaran menjadi direktur pelaksana di Bank Dunia. Konsekuensinya, ia akan mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan.
Direktur jenderal, inspektur jenderal, dan kepala badan yang hadir terkejut. Mereka tak menyangka Sri Mulyani akan mundur dari Lapangan Banteng, kantor Kementerian Keuangan. Sekretaris Jenderal Mulia Nasution yang mengatur acara pukul 7 pagi tersebut tak berselera lagi melanjutkan sarapan. Setali tiga uang dengan Inspektur Jenderal Hekinus Manao. âKami kaget bercampur haru,â kata Hekinus di Jakarta pekan lalu.
Kepastian bekas Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional itu pindah ke Bank Dunia semakin terang-benderang setelah ada rilis Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick, dua jam setelah Sri Mulyani âmembocorkanâ informasi kepada stafnya. Zoellick menyebutkan Bank Dunia telah menunjuk Sri Mulyani sebagai direktur pelaksana kawasan Amerika Latin, Karibia, Asia Timur dan Pasifik, Timur Tengah, serta Afrika Utara. Mulai 1 Juni nanti, Sri Mulyani akan menggantikan Juan Jose Daboub. Sri Mulyani, kata dia, bisa berperan penting membawa perubahan di Bank Dunia yang sedang melakukan reformasi dan menghadapi tantangan di masa depan.
l l l
FORUM Kerja Sama Ekonomi Negara-negara Asia-Pasifik (APEC) di Singapura, 15 November tahun lalu. Zoellick mendekati Jusuf Wanandi, salah satu pendiri Centre for Strategic and International Studies, saat hendak makan siang. Mereka memang sobat kental. Zoellick heran lantaran sebagian orang di Indonesia memperlakukan Sri Mulyani begitu buruk. âApa Bank Dunia perlu mengambil Sri Mulyani,â kata Sofjan Wanandi, menirukan ucapan Zoellick kepada Jusuf, kakaknya.
Saat forum APEC itu digelar, suasana politik di Jakarta sedang memanas. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Persatuan Pembangunan sedang memproses hak angket Century.
Para inisiator hak angket Century telah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…