Lech Walesa: Saya Jadi Politikus Karena Benci Kebohongan
Edisi: 12/39 / Tanggal : 2010-05-23 / Halaman : 125 / Rubrik : WAW / Penulis : Nugroho Dewanto, Yopiandhi, Sadika Hamid al-Hadad
Di panggung perayaan hari raya nasional Polandia di Jakarta, pekan lalu, âbintang tuaâ itu melangkah ke atas podium. Di hadapan ratusan tamu terhormatâpara pejabat tinggi negara, anggota korps diplomat asing, akademisi, wartawan, dan berbagai kalangan lainâLech Walesa, sang bintang berumur 66 tahun, berpidato dengan suara yang masih digdaya.
Sembilan tahun silam, di Gdanskâkota bersejarah tempat Walesa memimpin Gerakan Solidarnos yang meruntuhkan hegemoni panjang komunisme negerinyaâWalesa menerima Tempo untuk sebuah wawancara, yang penuh bara semangat, meledak-ledak, diselingi humor di sana-sini. Sembilan tahun lewat, dan bara itu belum padam dalam diri presiden pertama Polandia pascakomunisme ini. Didampingi Duta Besar Polandia untuk Indonesia, Tomasz Lukaszuk, serta seorang penerjemah, Walesaâyang berbicara dalam bahasa ibunyaâberbicara tentang demokrasi dan kemanusiaan, antara lain.
Dia pantas berbicara tentang dua isu itu, karena dunia menyaksikan betapa peraih Nobel Perdamaian 1983 ini membawa kembali demokrasi ke negerinya setelah bertahun-tahun kata itu dibahas dengan suara berbisik di seantero Polandia. Dia menyihir jutaan warga yang mengantarnya ke puncak kekuasaan pada 1990. Lima tahun kemudian kekuasaannya berakhir: Walesa dipandang tak mampu membawa perubahan ekonomi yang signifikan.
Toh, pamornya sebagai pejuang demokrasi terus berkibar. Kini, dia aktif berkeliling dunia memberikan ceramah melalui bendera Lech Walesa Institute. Sepanjang pekan lalu, Walesa berada di Indonesia.
Dia memberikan serangkaian kuliah umum dan ceramah di Bekasi, Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Bagaimana Jakarta dalam pandangannya? âTerlalu banyak macet,â ujarnya dengan lugas.
Kamis pekan lalu, Walesa menerima wartawan Tempo Nugroho Dewanto, Yopiandhi, Sadika Hamid al-Hadad, Yandi M. Rofiyandi, Andree Priyanto, Irfan Budiman, serta fotografer Suryo Wibowo di ruang VIP Bandar Udara Soekarno-Hatta. Terlihat rileks dan segar dengan kemeja batik cokelat lengan panjang, dia bercerita soal prinsip demokrasi, termasuk di Indonesia, sebelum terbang ke Yogyakarta.
Secangkir teh panas dan segelas anggur menemaninya selama wawancara. Bicaranya blak-blakan, diselingi humor segar dan tawa berderai di sana-sini. âOh, ini wine mantap betul. Tepatnya, mantap karena hanya minum sedikit ha-ha-ha...,â ujarnya seraya tergelak.
Apa yang membuat Anda datang ke Indonesia?
Saya belum pernah diundang ke Indonesia. Jadi, begitu saya menerima…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…