Balada Lelang Lima Menit

Edisi: 13/39 / Tanggal : 2010-05-30 / Halaman : 66 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Nurdin Kalim, Pramono, Ismi Wahid


Karena tak ada penawar, lelang saya nyatakan ditutup.” Tok, tok, tok! Palu diketuk keras oleh pejabat lelang Iraningsih.

Itulah antiklimaks suasana lelang harta karun abad ke-10 dari perairan Laut Jawa di wilayah Cirebon. Lelang di ballroom Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 5 Mei lalu itu hanya berlangsung lima menit.

Lelang itu sama sekali tak dihadiri kolektor keramik. Kursi calon pembeli kosong. Kebanyakan hanya wartawan yang datang. ”You see,” kata Luc Heymans seraya tersenyum kecut. Pria asal Belgia ini adalah Direktur Cosmix Underwater Research Ltd., perusahaan yang ditunjuk pemerintah untuk mengangkat barang-barang kapal karam Cirebon itu.

Adi Agung, Direktur Utama PT Paradigma Putra Sejahtera, yang menjadi mitra Cosmix, masih berusaha menghibur diri. ”Meski gagal, saya bangga karena telah menempuh cara yang legal. Saya masih optimistis lelang kedua, dan ketiga, ada pembeli. Dan harganya tak turun.”

Tapi harapan Adi itu mungkin tinggal harapan. Minggu ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, setelah bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan kebudayaan, UNESCO, menyatakan pemerintah akhirnya membatalkan penjualan artefak itu. Kemungkinan besar tak ada lagi lelang jilid kedua, apalagi ketiga. ”Profit tidak lagi menjadi tujuan utama kita,” kata Fadel, yang sebelumnya menggebu-gebu soal lelang.


l l l
Perubahan sikap Fadel itu membingungkan Adi Agung. ”Lelang ini saya tunggu lebih dari enam tahun,” kata lelaki yang selalu berpenampilan klimis itu. Lelang harta Cirebon, menurut dia, adalah peristiwa bersejarah. Pemerintah berani membuat keputusan penting untuk menertibkan penjarahan benda-benda kapal karam di perairan Indonesia yang marak.

Selama ini, menurut Adi, pengangkatan harta karun adalah bisnis yang kejam. ”Tidak ada peraturan tegas. Wilayahnya abu-abu,” kata lelaki yang sehari-hari berbisnis penyewaan kapal itu. Banyak pemain melakukan pengangkatan tanpa izin atau dengan izin palsu. ”Semua memiliki beking masing-masing.” Akibatnya, pemerintah sering kecolongan. Penyelam kawakan Michael Hatcher, misalnya, mampu menggondol emas lantakan bangkai kapal Geldermalsen di perairan Heluputan, Tanjung Pinang, Riau. Juga pemburu lain seperti Tilman Walterfang, yang membawa harta dari kapal karam Dinasti Tang di perairan batu Hitam, Belitung Timur.

Kita ingat, ”hitamnya dunia kapal karam” itu juga pernah memakan korban arkeolog muda Indonesia, Santoso Pribadi. Pada Agustus 1986, Santoso yang akrab dipanggil Ucok itu menjadi bagian tim peneliti penyelam yang dibentuk negara untuk menyurvei perairan Heluputan, Riau. Tim ini dibentuk setelah kasus Hatcher mencuat. Lulusan Arkeologi Universitas…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…