Seni Lukis Sudah Mati, Hidup Pelukis
Edisi: 14/39 / Tanggal : 2010-06-06 / Halaman : 87 / Rubrik : SR / Penulis : Kurniawan , ,
Kematian seni lukis terjadi tanpa upacara pemakaman pada 1980-an, masa ketika kematian lukisan sebagai teori lahir dan didiskusikan. Lukisan di kanvas atau dalam bingkai (easel painting) secara khusus ditolak para pelukis Uni Soviet karena dianggap tak punya tempat di masyarakat sosialis. Para pelukis mural Meksiko juga mengecamnya sebagai antirevolusi.
Sebagian pelukis akhirnya memilih bentuk abstrak dan bahkan mendorongnya hingga ke titik ekstrem: minimalis, dengan warna-warna monokrom dan bidang geometris abstrak. Pelukis Amerika Serikat, Ad Reinhardt, membuat lukisan yang semuanya hitam; dia menyebutnya âlukisan-lukisan terakhir yang dibuat orangâ. Robert Ryman, tokoh minimalis lain, memilih âtanpa warnaâ lewat lukisan-lukisan putihnya, yang hanya mengandalkan berbagai jenis pigmen cat putih. Dalam perkembangan berikutnya, banyak perupa menyeberang ke medium lain, seperti fotografi, video, instalasi, performance, dan seni di jaringan (web).
Tapi apakah proklamasi kematian ini benar-benar akhir dari kehidupan lukisan? Apakah semua kemungkinan dari lukisan memang sudah ditunjukkan, seperti keluhan John Stuart Mill, filsuf Inggris abad ke-19, tentang musik? Dalam sebuah pasase terkenalnya di Autobiography, Mill menyatakan dia sangat menderita dengan pemikiran tentang habisnya semua kombinasi nada.
Gede Mahendra Yasa menolaknya. Seniman kelahiran Singaraja, Bali, berusia 43 tahun yang sempat mencicipi pendidikan di Institut Seni Indonesia Denpasar ini berpendapat,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…