Perang Mafia Emas Hitam

Edisi: 16/39 / Tanggal : 2010-06-20 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Wahyu Dhyatmika , S.G. Wibisono, Cheta Nilawaty


LEMBAGA Pemasyarakatan Teluk Dalam, Banjarmasin, tampak sepi petang itu. Tak ada sanak keluarga narapidana memanfaatkan jam berkunjung pada pekan terakhir Mei lalu. Seorang sipir menyambut hangat ketika Tempo mengetuk pintu kayu besar di pendapa penjara dan meminta izin bertemu dengan seorang napi. "Sebentar, saya panggilkan," katanya.

Tak sampai sepuluh menit, pria yang dicari itu muncul dari dalam sel. Perawakannya ramping, tinggi badannya sedang, dan senyumnya ramah. Dialah Haji Bachrullah, pengusaha batu bara di Kalimantan Selatan yang dijebloskan ke penjara setahun lalu karena didakwa menambang di area hutan lindung. Hukumannya tiga setengah tahun penjara. "Saya sudah di dalam 18 bulan," katanya, tersenyum kecil. Matanya lalu menerawang. Belakangan ini dia mengaku susah tidur.

"Saya pusing memikirkan nasib lahan tambang saya," katanya kemudian. Dia merintis eksplorasi batu bara di atas lahan kuasa pertambangan seluas sekitar 700 hektare di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, sejak akhir 1998.

Tanah Bumbu ada di ujung tenggara Pulau Kalimantan dan kondang dengan batu baranya yang berlimpah. "Di sana, menggali beberapa meter saja, sudah ketemu batu bara. Gampang sekali," kata Bachrullah. Lokasi Tanah Bumbu yang strategis di bibir laut Jawa membuat ongkos angkut jadi murah. Ibu kotanya, Batulicin, sekitar enam jam perjalanan dari Banjarmasin.

"Berdasarkan hasil eksplorasi awal, ada kandungan 198 juta metrik ton batu bara di tambang saya saja," kata Bachrullah lagi. Dia tercenung lama. Di beberapa titik, katanya melanjutkan, kedalaman lapisan batu bara mencapai 40-an meter. Di benaknya sudah terbayang ratusan miliar rupiah yang bakal dia tangguk jika tambang sudah beroperasi penuh. "Rencananya, Desember 2008 sudah bisa kerja," kata pria 45 tahun ini.

Namun peristiwa nahas pada awal Oktober 2008 mengubah nasib Bachrullah. Belasan polisi mengepung rumahnya di Kota Baru, tak jauh dari Tanah Bumbu, dan menyetop penambangan. "Anak buah saya ditangkapi," katanya. Alasan polisi, Bachrullah menambang di area hutan lindung. Kejadian demi kejadian berikutnya bagai mimpi buruk buat Bachrullah. Dia sempat melarikan diri ke Jakarta, berganti-ganti nomor telepon dan tempat tinggal, sebelum memutuskan menyerah ke polisi. "Kalau saya memang harus dihukum, hukum saja," katanya pasrah.

Haji Bachrullah hanya satu dari sejumlah pengusaha batu bara di Kalimantan Selatan yang terjerumus ke balik terali besi dalam setahun terakhir. Satu sel…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…