Merawat Raden Saleh

Edisi: 19/39 / Tanggal : 2010-07-11 / Halaman : 69 / Rubrik : LAY / Penulis : Seno Joko Suyono, Pramono, Kurniawan


Sebuah seminar memperingati 200 tahun Raden Saleh diselenggarakan di bekas rumah pelukis itu di Cikini, Jakarta.
Menghadirkan para ahli peneliti Raden Saleh dari mancanegara. Banyak sisi hidupnya yang dikupas. Sebuah seminar yang sekaligus membuat kita ingin tahu bagaimana kondisi koleksi lukisan Raden Saleh yang dimiliki pemerintah Indonesia.

Bagaimana keadaan koleksi pemerintah dibandingkan dengan yang dimiliki kolektor? Apakah lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro yang disimpan di Istana Bogor masih elok penampilannya? Ikuti juga laporan Tempo dari Dresden, kota di Jerman yang menyimpan memori indah tentang Raden Saleh. Di sanalah ia pernah menjalani hidup dengan gelora romantik yang tinggi dan diperhitungkan sebagai pelukis kelas atas Eropa.

Makam Raden Saleh Sjarif Bustaman. Lahir di Semarang kira-kira tahun 1813/1814. Wafat di Bogor 23 April 1880.

SETELAH memasuki gang sempit di pinggir Jalan Bondongan, Bogor, kita akan menemukan kuburan pelukis besar itu. Kuburannya bersanding dengan makam istrinya, R.A. Danurejo. Baru tiga tahun ini makam keduanya diperbaiki. Sebelumnya, banyak sampah bertebaran dan ilalang tumbuh liar. Sekarang bersih dan rapi. Namun sampai kini pun tak banyak warga Bogor yang mengetahuinya.

Sabtu, 26 Juni lalu, tiga ahli Raden Saleh dari luar negeri, di bawah langit mendung Bogor, menabur bunga. Mereka adalah Dr Marie-Odette Scalliet dari Prancis, Dr Werner Kraus dari Jerman, dan Dr Peter Carey dari Inggris. Ketiganya pembicara Seminar 200 Tahun Raden Saleh Syarif Bustaman, yang diadakan Institut Kesenian Jakarta di bekas mansion Raden Saleh di Cikini. Mereka tampak khusyuk. Bunga ditaburkan rata ke sekujur makam sang maestro, juga nisan sang istri.

Raden Saleh adalah sosok yang mereka teliti puluhan tahun. Tak mengherankan, hadirin di seminar menerima pemaparan yang saling melengkapi. Marie-Odette, lulusan Universitas Sorbonne, dikenal menerbitkan buku setebal 900 halaman mengenai pelukis Belgia, Antoine Joseph Payen, guru gambar pertama Raden Saleh di Batavia. Sedangkan Werner Kraus adalah ahli lukisan-lukisan Raden Saleh yang dibuat di Dresden. Dan Peter Carey adalah orang yang mafhum betul mengenai Perang Jawa dan konteks lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro.

Dari uraian mereka, kita mendapatkan Raden Saleh sebagai sosok yang penuh warna. Seorang kosmopolit pada zamannya. Seorang pelukis romantik dengan keterampilan teknik luar biasa, yang bisa membuat lukisan macan, singa, dan banteng terlihat begitu ganas. Selama 23 tahun tinggal di Eropa, ia bergaul di kalangan aristokrat. Ia selalu berpenampilan eksotis, dengan busana Timur yang diciptakannya sendiri. Ia juga seseorang yang memiliki perhatian pada dunia penggalian fosil-fosil atau paleontologi, juga botani.

Dari uraian mereka, terungkap masih banyak faset hidup Raden Saleh yang bisa digali. Marie-Odette, yang meneliti masa-masa tinggal Raden Saleh di Paris pada 1845-1851, misalnya, mengatakan rumah Raden Saleh tak jauh dari Champs-Elysees. ”Ia menyaksikan langsung revolusi Februari 1848,” katanya. Belum ada penelitian apakah revolusi yang menumbangkan Raja Louis Philippe itu berpengaruh pada cara Raden Saleh memahami kolonialisme. Konon, saat pulang ke Jawa, Raden Saleh membawa sepucuk pistol dan buku Revolution de 1848.

Tak disangkal, dengan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, Raden Saleh dikenal sebagai sosok yang antikolonialisme. Namun Werner Kraus menilai itu bukan berarti semua…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…