Nelayan Di Tubir Punah
Edisi: 20/39 / Tanggal : 2010-07-18 / Halaman : 66 / Rubrik : ART / Penulis : Tito Sianipar , ,
Pandangan Ahmad Subarkah, 45 tahun, menera wang jauh. Sembari meng isap rokok kreteknya, ia berujar, "Masak sih?" Ahmad salah satu nelayan di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara. Ia masygul tak percaya ketika Tempo menceritakan bahwa laut sekitar Pluit akan direklamasi dan dijadikan pulau hunian. "Kami mau ke mana lagi," tutur Ahmad sembari menyemburkan asap.
Menurut Ahmad, tanpa reklamasi pun nelayan sudah tergusur dari laut Jakarta. Pencemaran dan minimnya hasil tangkapan di perairan Ibu Kota ini membuat nelayan harus melaut lebih jauh. "Hasil tangkapan juga kadang tidak memuaskan," keluh Ahmad. "Sering tekor." Reklamasi akan menggilas bagan terapung, sero, dan alat tangkapan lain yang ditanam di laut dangkal.
Muara Angke dikenal penduduk Jakarta sebagai kampung nelayan karena di sana terdapat tempat pelelang an ikan, pelabuhan ikan, serta tempat makan ikan bakar. Namun tidak serta- merta nasib nelayan di belahan barat pantai Jakarta itu lebih bagus. Menurut Ahmad, dari hasil sekali melaut selama tiga hari, ia biasanya hanya me ngantongi uang Rp 50 ribu. "Itu sudah lumayan," ujarnya.
Biasanya, untuk biaya melaut, sekelompok nelayan menghabiskan Rp 1 juta hingga Rp 2 juta untuk perbekalan. Di…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Bunuh Diri Ekologis
2007-10-28Dengan ruang terbuka hijau hanya seperlimabelas luas total, jakarta sering tenggelam oleh hujannya sendiri. padahal,…
Menjaga Titipan Anak-Cucu
2007-10-28Gerakan warga memperbaiki lingkungan dilakukan karena pemerintah dinilai tidak berbuat cukup. kini mereka telah menikmati…
Mengutamakan Bentuk Komunitas
1992-09-26Sembilan proyek arsitektur mendapat penghargaan aga khan. di antaranya proyek kali code, yogya, karya arsitek…