Blambangan Yang Disingkirkan
Edisi: 29/39 / Tanggal : 2010-09-19 / Halaman : 45 / Rubrik : IMZ / Penulis : Ika Ningtyas,, Mahbub Djunaidi, Nurdin Kalim
Reruntuhan bangunan setinggi satu meter itu terlihat jelas begitu tanah di area persawahan digali. Terbuat dari batu bata, dengan struktur rapat tanpa spasi. Satu batu bata memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari batu bata yang dipakai orang sekarang.
Reruntuhan bangunan itu salah satu temuan dalam survei awal Situs Macan Putih yang dipelopori arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Profesor Inajati, sejarawan Sri Margana, dan Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih, awal Juli lalu. Forum Masyarakat mempercayai bekas bangunan itu merupakan benteng timur ketika pusat Kerajaan Blambangan dibangun di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.
Seperti dilihat Tempo, bekas bangunan itu kian rusak karena aktivitas oknum warga. Di sekitar area sawah, Tempo menemukan banyak batu bata yang pecah. Tim survei juga mendapati ratusan benda bersejarah di sebuah area kebun kelapa seluas lima hektare. Nasibnya sama. Gerabah serta keramik asal Cina dan Eropa tak lagi utuh. Bahkan Gunawan (bukan nama sebenarnya), warga setempat, mengaku telah menjual ratusan keramik, patung, dan perhiasan kuno kepada seseorang asal Bali.
Situs Macan Putih itu dipercaya para peneliti sebagai cikal-bakal Kabupaten Banyuwangi. Di sinilah Kerajaan Blambangan mencapai puncak kejayaan dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Bali, Situbondo, Jember, Bondowoso, dan Lumajang.
Kerajaan Blambangan merupakan kerajaan Hindu terakhir di Jawa. Kerajaan ini lahir pada 1295, dua tahun setelah Majapahit berdiri. Raja Majapahit Raden Wijaya memberikan "Istana Timur" ini kepada Arya Wiraraja (Adipati Sumenep) dengan ibu kota di Lumajang karena ia telah membantu perjuangan mendirikan Majapahit. Setelah keruntuhan Majapahit pada abad ke-15, Kerajaan Blambangan mampu bertahan hingga abad ke-18.
Namun riwayat Kerajaan Blambangan tak pernah disebut dalam sejarah nasional Indonesia. Selama ini, masih sedikit sejarawan yang meneliti Blambangan. Peninggalannya pun bisa dihitung dengan jari. Riwayat kerajaan ini mayoritas berupa cerita rakyat yang kental dengan legenda atau mitos, seperti kisah Damarwulan-Menakjingga, yang kerap dibawakan dalam seni pertunjukan.
Menurut peneliti dan dosen Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember, Jawa Timur, Edi Burhan Arifin, eksistensi Kerajaan Blambangan memang sering terlupakan dalam catatan sejarah nasional. Bahkan kesan Kerajaan Blambangan sebagai dongeng, legenda, atau mitos lebih kuat ketimbang sejarah.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…