Hijrah Kedua Ke Nusantara
Edisi: 29/39 / Tanggal : 2010-09-19 / Halaman : 82 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Ahmad Taufik,, Arif Ardiansyah , Kukuh S. Wibowo
Mencari kehidupan yang lebih baik adalah fitrah manusia. Juga yang terjadi pada keturunan pasangan Fatimah az-Zahra anak pe rempuan Nabi Muhammad SAW dan Ali bin Abi Thalib. Husein, cucu Rasulullah, dibantai secara keji pada saat Yazid bin Muawiyah berkuasa, di Karbala, Irak. Keturunan setelah itu juga tak lepas dari ancaman dinasti yang berkuasa. Sampai pada masa kekhalifahan Bani Abbas, yang berkuasa sejak abad ke-8 sampai 13 Masehi.
Ahmad bin Isa, keturunan ke-10 dari pohon keluarga Nabi Muhammad, hi jrah dari Basrah, Irak, ke Hadramaut, jazirah selatan Arab. Hadramaut dipilih karena tanahnya subur. Ahmad wafat di Hasisah pada 345 Hijriah. Dua generasi keturunan setelah Ahmad yang beranak-pinak di Hadramaut dinamakan Alawiyin dari Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa.
Di Hadramaut, keturunan Nabi Muhammad itu juga tidak menjalani kehidupan mudah. Penduduk asli masih mendahulukan kesukuan dan membenci kaum Alawiyin. Kaum pindahan itu lalu terpojok tinggal di tempat-tempat tandus. Mereka mendirikan pesantren (rubat), perpustakaan, masjid, dan majelis taklim. Namun, agar mengikis kebencian penduduk lokal, Muhammad Faqih al-Muqaddam, keturunan Ahmad bin Isa, memilih mazhab yang lebih bisa diterima, Syafii. Sepeninggal Muhammad Faqih al-Muqaddam, yang wafat pada 653 Hijriah, keturunannya menyebar melintasi samudra ke Afrika Timur, India, Malaysia, Thailand (Siam), Indonesia, Tiongkok (Cina), Fi lipina, dan sekitarnya.
Menurut Ali Yahya, seorang peneliti habib, keturunan Ali bin Abi Thalib yang menyebar ke seantero kawasan Asia Tenggara itu selalu berkaitan dengan Indonesia. "Habib yang berada di Malaysia, Singapura, Kamboja, dan Thailand Selatan selalu ada kaitannya dengan Indonesia," katanya kepada Tempo. Misalnya orang tua, kakek, atau dia dulu lahir di Indonesia. "Indonesia ini menjadi shelter habib di timur jauh yang keluar dari Hadramaut. Sebagian referensi, Indonesia disebut Al-Mahjar at-Tsani, tempat hijrah yang kedua," kata Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Alkisah ini.
Di bawah ini beberapa kisah habib sukses di daerahnya masing-masing.
Habib Abdurrahman bin Abdullah al-Habsyi, Palembang
Memasuki daerah�9 sampai 14 Ulu tampak nama kampung yang berbau Arab: Lorong Al-Munawar, Al-Hadad, Al-Habsy, dan Al-Kaaf. Sedangkan di Kelurahan 16 Ulu ada kompleks Assegaf. Itu adalah nama marga keturunan Alawiyin dari Hadramaut.�"Ada catatan yang menyatakan ke mana pun orang Hadramaut pergi, mereka datang ke Palembang dulu, baru menyebar ke daerah lainnya di Nusantara," tutur Ali Yahya, seorang peneliti tentang habib.
Di Palembang, para habib ini disebut Ayib. Awalnya, kebanyakan mereka berprofesi sebagai pedagang perantara. Seiring dengan waktu, mereka kemudian menetap dan menikah dengan penduduk Palembang, sehingga mereka lebih merasa sebagai "wong kito" dibanding orang Hadramaut. Mereka berkumpul dan mendirikan rumah di sepanjang Sungai Musi, di seberang Ilir maupun Ulu.
Jejak yang masih ada, Gerbang Pesantren Ar-Riyadh, terlihat jelas dari arah Pasar 10 Ulu. Pesantren ini salah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…