Aksi Jaringan Sang Gubernur Militer

Edisi: 31/39 / Tanggal : 2010-10-03 / Halaman : 108 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Ramidi, Mustafa Silalahi, Soetana Monang


JAM dinding di ruang tamu Inspektur Jenderal Oegroseno menunjukkan pukul satu lewat dinihari ketika telepon seluler Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara ini menjerit jerit. Berita yang datang dari ujung telepon: kantor Kepolisian Sektor Hamparan Perak, Deli Serdang, diserbu kelompok bersenjata. Tiga polisi tewas. Oegro, yang dinihari itu tengah menerima tamu, memerintahkan anak buahnya segera menyiapkan kendaraan. Saat itu juga ia meluncur ke Deli Serdang, sekitar 40 kilometer dari Medan.

Di lokasi kejadian, sisa sisa penyerbuan terlihat di sana sini. Polisi menemukan puluhan selongsong peluru berserakan di dalam ruangan. ”Ada sekitar 30,” ujar Oegroseno.

Sejumlah warga bercerita, sebelumnya, sekitar pukul 01.00 mereka melihat enam sepeda motor mendatangi kantor polisi itu. Di antaranya ada yang berboncengan tiga orang. Para ”penyerbu” yang diperkirakan berjumlah 15 orang itu bergerak dari arah wilayah Tandam, melalui Jalan Hamparan Perak Besar menuju Jalan Perintis Kemerdekaan. ”Jalannya santai, tidak ada kesan terburu buru,” ujar Parlindungan Gin­ting, 56 tahun, salah seorang saksi mata.

Karena sikap tenang kawanan itu, Parlindungan, yang tengah sibuk menghitung uang hasil penjualan kerbaunya di teras rumah bersama istrinya, tak menaruh curiga apa pun. ”Saya justru mengira mereka polisi yang baru pulang patroli,” katanya kepada Tempo.

Namun, sejurus kemudian, rombong­an yang telah melintasi kantor Polsek Hamparan Perak itu berbalik arah. Persis di depan Polsek mereka segera meng­acungkan senjata. Parlindungan, yang rumahnya persis di sebelah kantor Polsek, langsung melompat, lari bersembunyi. Parlindungan sempat melihat sebagian pengendara itu dengan sigap masuk ke dalam Polsek.

Yang pertama mereka habisi adalah Ajun Inspektur Dua Deto Sutejo. Deto, 38 tahun, tak melawan karena kala itu tengah terlelap di bangku dekat Ruang Pelayanan. Ajun Inspektur Satu Bait Sinulingga, yang tengah berjaga di depan ruang tahanan, berupaya melari­kan diri. Nahas. Empat peluru membuat pria 48 tahun itu langsung terje­rembap. Nasib sama dialami Brigadir Kepala Riswandi, 38 tahun, yang berada di ruang reserse. Sinulingga dan Riswandi tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.

Saat itu sebenarnya ada lima polisi yang bertugas.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…