Salam Tempel Sepanjang Jalan

Edisi: 41/39 / Tanggal : 2010-12-12 / Halaman : 70 / Rubrik : EB / Penulis : Tim Proyeksi Ekonomi 2011, ,


Hujan lebat turun mengguyur saat sebuah truk baru saja keluar dari pintu tol Plumbon, Cirebon, Sabtu dinihari dua pekan lalu. Penuh berisi beras, truk itu melaju menuju Pasar Cipinang, Jakarta. Sekitar satu kilometer dari pintu tol, kecepatan truk berkurang, lalu berhenti di dekat warung kopi. Didi, kernet truk, bergegas turun. Sambil berlari kecil, ia menghampiri seorang pria yang duduk di kedai itu. Sebentar kemudian, Didi kembali ke mobilnya. "Biasa, Mas, salam tempel. Ngasih Rp 5.000," katanya sambil mengeringkan kepalanya yang berkeringat dengan handuk kecil.

Karma, sopir truk, menimpali. "Tunggu saja di daerah lain. Banyak yang kayak begitu," ujarnya sembari tersenyum kepada Tempo yang ikut dalam perjalanan mereka. Di Palima-nan, Kabupaten Cirebon, Didi kembali memberikan "salam tempel". Kali ini naik dua kali lipat. Duit sepuluh ribuan dise-torkan kepada seorang pria di warung rokok. "Dia suruhan aparat," ujar Didi. Selembar Rp 10 ribu kembali berpindah tangan di pertigaan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

Karma memberikan upeti karena takut kehilangan barang bawaannya. "Mereka akan mengambil barang dari truk kalau tak diberi uang," ujarnya. "Nanti malah kami yang dituduh menggelapkan barang barang. Jadi turuti saja."

Jarum jam mendekati pukul satu dinihari. Tak terasa truk sudah memasuki Kabupaten Indramayu. Di perempatan Celeng, mobil itu berhenti dekat warung makan. Didi turun lagi. Ia menghampiri lelaki tak jauh dari toko makan itu. Uang Rp 25 ribu kembali berpindah tangan.

Pungutan liar berlanjut di Kabupaten Subang, di warung makan sebelum stasiun pengisian bahan bakar umum Sukaratu. Truk Karma berhenti sebentar. Tampak belasan kendaraan pengangkut lain juga menepi. Karma dan Didi beristirahat sejenak mengisi perut dan minum kopi. Tempo ikut masuk ke warung. Terlihat para sopir dan kernet sedang mengobrol sambil makan atau minum kopi. Didi didekati seorang pria. Mengobrol sebentar, Didi memberinya Rp 25 ribu.

Tempo menyapa lelaki itu. Dia semula curiga, tapi akhirnya mau diajak ngobrol. Ternyata dia suruhan aparat di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…