Nawal El-saadawi: Saya Tak Takut Kepada Al-ikhwan
Edisi: 51/39 / Tanggal : 2011-02-20 / Halaman : 107 / Rubrik : WAW / Penulis : Qaris Tajudin, ,
Senin pagi minggu lalu Tempo meneleponnya, tapi tak ada yang mengangkat di ujung sana. Mungkin dia sedang tidak di rumah. Yang sudah pasti, tak mungkin rasanya Dr. Nawal el-Saadawi, dokter medis, sastrawan, dan juga feminis yang sejumlah bukunya, termasuk Perempuan di Titik Nol, telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, meninggalkan Mesir. Dia adalah pejuang yang tangguh dan oposan tulen, hingga tak mungkin pergi ketika Mesir bergolak menuntut turunnya Presiden Husni Mubarak.
Berdasarkan keyakinan itulah Tempo mengunjungi rumahnya di seberang Nil, sebuah apartemen dua kamar di kawasan Shubra Garden. âLantai 25, tepat di samping lift,â kata seorang kakek yang menjaga pintu gedung tua tempatnya tinggal. Setelah memencet bel, muncul perempuan berambut perak. Dialah Dukturah (dokter perempuan) Nawal. âApakah kita sudah punya janji untuk bertemu?â tanya perempuan berusia 79 tahun ini, setelah Tempo memperkenalkan diri. Saya menggeleng. Dia tertawa keras. âNekat sekali kamu datang tanpa janjian dulu. Silakan duduk,â katanya sambil menyeret kursi mendekat ke meja kerjanya.
Di sana sudah ada seorang wartawati Newsweek yang sedang mewawancarainya. âNimbrung saja, saya tak punya banyak waktu,â katanya. Wartawati itu tersenyum dan tak keberatan. Kepada Qaris Tajudin, wartawan Tempo, Nawal berbicara tentang revolusi, sikap menindas Suzanne Mubarak, sampai encok yang terus kumat pada musim dingin.
Bagaimana perasaan Anda melihat demonstrasi di Midan Tahrir, Dukturah?
Great! Saya seperti terlahir kembali. Revolusi seperti ini, melihat orang memperjuangkan pendapatnya, adalah mimpi saya sejak masa kecil. Ini adalah hari saya. Seperti berusia 20 tahun, saya tak capek sama sekali. Biasanya saya gampang lelah, tapi sekarang saya bisa sepuluh jam lebih di Tahrir. Berteriak, berdiskusi, saya tak pernah berhenti bicara di sana.
Apa yang membuat Anda begitu bersemangat?
Karena sepanjang hidup saya berada dalam represi. Tekanan sebagai penulis, sebagai dokter, sebagai perempuan, sebagai manusia. Sejak Raja Farouq hingga sekarang.
Anda mendapat tekanan juga pada masa Sadat?
Ya, di akhir pemerintahan Sadat, pada 1981, saya sempat dipenjara selama tiga bulan. Kau baca kan catatan saya dari penjara (Memoirs from Womenâs Prison, 1983)? Saya bebas setelah Sadat terbunuh.
Jadi Anda dibebaskan oleh Mubarak?
Ya dan tidak. Dia memang mengeÂluarkan saya dari penjara, tapi dia memasukkan saya dalam pengasingan. Dia mengasingkan saya di rumah saya sendiri. Bukan tahanan rumah, hanya diasingkan dari kehidupan intelektual.
Apa yang membuat Mubarak tak senang kepada Anda?
Itu dimulai pada awal…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…