Sinta Di Pangkuan "bule"
Edisi: 31/21 / Tanggal : 1991-09-28 / Halaman : 88 / Rubrik : TER / Penulis :
Tempo enam minggu Tai Chan menampilkan Sinta Disita secara menarik. Panduan
gayanya acak, tapi dari pendekatan garapnya mengajak berpikir.
; SETELAH tahun lalu sukses dengan Othello. Kai Tai Chan, pendekar tari dan
teater berkebangsaan Australia, kembali tampil di Gedung Kesenian Jakarta pada
19 sampai 21 September lalu. Kali ini ia menginterpretasikan Ramayana bersama
tiga penari dan tujuh pemusik Bali lewat Sinta Disita (Dancing Demons), yang
menggambarkan ulah orang Bali bergaul dengan teknologi dan budaya modern.
; Beda dengan Ramayana karya Peter Brook yang disiapkan bertahun-tahun dan
menghasilkan tiga episode, masing-masing tiga jam lamanya, Ramayana versi Tai
Chan digumuli hanya enam minggu dan menghasilkan sebuah prolog. 14 adegan, dua
sisipan, dan sebuah epilog selama 75 menit. Sementara Brook mendekati Ramayana
dari sudut falsafi dengan dialog serius, Tai Chan menuangkan pengamatan
instannya dalam komedi tanpa dialog.
; Separuh pertama Sinta Disita tak banyak berbeda dengan atraksi di banyak
banjar…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…
Peluit dalam Gelap
1994-04-16Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…