Menyelamatkan Sirip Kuning Dari Piring Sushi

Edisi: 02/40 / Tanggal : 2011-03-20 / Halaman : 76 / Rubrik : LIN / Penulis : Reza Maulana. , ,

Angin bertiup kencang di Desa Candi, Kecamatan Maesa, Bitung, Sulawesi Utara, dua pekan lalu. Begitu kuat sehingga membuat doyong orang dewasa yang berdiri dengan kaki rapat di sebuah tanah lapang. Angin barat berarti kabar buruk bagi nelayan, karena berba­rengan dengan gelombang tinggi di laut.

Namun bukan angin dan gelombang yang membuat raut muka Yusuf Tamara, 39 tahun, suram. Berbekal perahu bercadik yang tahan gelombang dan pengalaman 20 tahun lebih sebagai nelayan, dia mengaku tak takut ombak. ”Sekarang kita orang tangkap ikan lebih sulit,” ujarnya.

Lima tahun lalu tuna sirip kuning atau Thunnus albacares yang jadi buruannya bisa didapatkan di balik Pulau Lembeh, sekitar 5 mil laut dari Desa Candi. Dalam tempo 24 jam, dia bisa memenuhi perahunya dengan 18 ekor tuna. Kini Yusuf kudu melaut lebih dari 80 mil ke arah timur, dekat perairan Maluku Utara. Sepuluh hari terombang-ambing di laut.

Pola kerjanya pun berubah. Layaknya camping, dia membekali diri dengan 14 kilogram beras, dua kardus mi instan, kopi, gula, dan rokok. Perahu 12 x 1 meter miliknya butuh dua drum minyak tanah. Tidak lupa 20 balok es dengan berat satuan 50 kilogram. Sekali melaut perlu modal sekitar Rp 2 juta. Selain perlu melaut lebih jauh, tangkapannya turun jadi tujuh ekor, dan sering pulang tangan hampa, seperti yang terjadi saat terakhir dia melaut, lima hari sebelumnya.

Seretnya pasokan berdampak pada industri. Pabrik tuna kalengan PT Delta Pasific Indotuna…

Keywords: -

---

Foto Terkait