Mereka Tak Bisa Menolak Takdir
Edisi: 33/21 / Tanggal : 1991-10-12 / Halaman : 32 / Rubrik : NAS / Penulis : Hidayat, Yopie
KELUGUAN dan kesenyapan Desa Santren, Kecamatan Bendo, Madiun, Jawa Timur,
mendadak pecah. Kabar duka dari Jakarta -tentang gugurnya anggota Paskhas
Angkatan Udara -rupanya sudah sampai ke sana, Ahad kemarin. Jerit tangis pun
meledak di rumah keluarga Sardi yang kehilangan anaknya, Sersan Dua Hardjito.
Di tengah kegalauan dan pingsannya Bu Sardi, Pak Sardi menyelinap ke belakang.
Ia mengambil sang saka Merah Putih dan memasangnya setengah tiang. Suasana
jadi semakin mengharukan.
; Keluarga Sardi bukanlah satu-satunya keluarga di Madiun yang kehilangan
putra-putra kesayangan mereka. Di pangkalan Iswahyudi, tercatat 14 orang asal
Madiun yang naas. Mereka adalah para anggota Paskhas yang berusia antara 19
dan 22 tahun dengan pangkat sersan dua yang sedang mengikuti tugas belajar di
Bandung. Pukul 12.30 siang harinya, sebuah Hercules khusus membawa
keluarga-keluarga yang sedang berduka ini untuk melayat ke Jakarta.
; Di Margahayu, Bandung, suasana lebih mencekam. Dua karangan bunga tampak
berdiri menghadap jalan. Minggu pagi itu, keluarga-keluarga yang panik tampak
bergerombol. Mereka…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?