Raja Sebagai Manajer Keraton

Edisi: 33/21 / Tanggal : 1991-10-12 / Halaman : 61 / Rubrik : SEL / Penulis : Suembogo, Priyono

IS Seorang raja tak mungkin lagi memerintahkan rakyat di wilayahnya membikin
batu-bata untuk tembok keraton, misalnya. Jadi, bagaimana keraton kini
mempertahankan kehadirannya?

; BAGAIMANA keraton bisa hidup di zaman sekarang? Ketika rakyat Yogyakarta,
misalnya, bukan lagi rakyat kerajaan, tapi warga negara Republik Indonesia?
Ketika rakyat itu tak lagi membayar pajak kepada raja, tapi membayar pajak
kepada pemerintah Republik?

; Dulu, Panembahan Senapati, pendiri Kerajaan Mataram, bisa memerintahkan
rakyatnya membuat batu-bata untuk mendirikan tembok yang mengelilingi istana.
Kini, untuk membangun kembali Keraton Solo yang terbakar beberapa waktu lalu,
tanpa bantuan dari sejumlah pejabat pemerintah Republik Indonesia, Paku Buwono
XII tentu tak bisa apa-apa.

; Padahal, dengan bangunan keraton yang luas dan banyaknya abdi dalem, dana
besar tetap diperlukan agar keraton tetap ada. Hilangnya kekuasaan keraton
atas rakyat di wilayahnya memang mendapat ganti dari Republik, berupa subsidi.
Tapi itu saja belum cukup (lihat Agar Tetap Berpijak pada Rakyat). Kini,
seorang raja tak bisa hanya memberikan perintah, lalu para punggawa akan
melaksanakannya, rakyat akan memasok bulu bekti, dan ekonomi keraton pun
berjalan dengan sendirinya.

; Di zaman Republik ini, seorang raja lebih mirip seorang presiden direktur. Ia
mesti berusaha dan berkreasi. Maka, guna menunjang hidup Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono terpaksa mendirikan Bank Dagang Negara
Indonesia (BDNI), pabrik gula dan spiritus di Madukismo, satu usaha yang
diberi nama…

Keywords: -

---

Foto Terkait