Malcolm X

Edisi: 07/40 / Tanggal : 2011-04-24 / Halaman : 162 / Rubrik : CTP / Penulis : Goenawan Mohamad, ,


PADA umur 39 tahun, ia ditembak mati di depan umum.

Sejak itu, Malcolm X hidup sebagai riwayat yang bermula dari sebuah masa, sebuah tempat, yang buas dan tak adil: Amerika Serikat tahun 1960-an, gema ngilu nyanyian Billie Holiday tentang mayat-mayat Negro yang tergantung bagai ”buah yang ganjil” di pepohonan.

Tapi tak hanya itu. Malcolm X tak mati-mati bukan hanya karena hidupnya menanggungkan perbedaan antarmanusia yang penuh kekejaman. Ia juga cerita seseorang yang akhirnya tahu, kemanusiaan bukanlah sebuah penjara besar kebencian dengan sel-sel terpisah.

Ini tersirat kembali di sebuah buku hampir 600 halaman yang baru terbit, Malcolm X: A Life of Reinvention. Manning Marable, penulisnya, tak hanya membawakan kembali kisah sang tokoh yang keras dan kotor, tapi juga menyebut ”humanismenya yang lembut”.

Selintas, aneh juga kata ”lembut” itu….

Malcolm lahir 19 Mei 1925. Ayahnya, Earl Little, meskipun bukan pendeta, seorang pengkhotbah Gereja Baptis di Omaha, Nebraska. Ia aktif dalam organisasi antar-orang hitam, Universal Negro Improvement Association.

Bagi mayoritas…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

X
Xu
1994-05-14

Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…

Z
Zlata
1994-04-16

Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…

Z
Zhirinovsky
1994-02-05

Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…