Sebuah Esai, Sebuah Opera... Sebuah Misteri

Edisi: 09/40 / Tanggal : 2011-05-08 / Halaman : 79 / Rubrik : MS / Penulis : Endo Suanda, ,


Pelukis Roesli (almarhum) pernah bilang, sekitar 1972, ia tak pernah memperbaiki goresan tangannya: ”Kalau saya tak puas, (lukisan) saya buang. Saya ambil kanvas baru, untuk melukis baru.” Sebab, baginya, ”Sapuan kuas harus orisinal. Sekali jadi.”

Dalam seni pertunjukan, yang bergerak dalam ruang-dan-waktu, prinsip melukis Roesli tak berlaku. Para seniman berlatih, sutradara, komposer, koreografer mencoba ini-itu, menambah-kurang hingga tercapai yang dikehendaki, adalah upaya memperbaiki.

Namun mungkin sama juga dengan prinsip Roesli jika panggung baru kita analogikan sebagai ”kanvas baru”. Demikian pula moment, yang memang semuanya ”baru”. Moment adalah kejadian yang unik, tak ada yang berulang. Panggung Graha Bhakti Budaya bukan black-box Salihara, dan Tan Malaka 24 April bukan yang 23 April.

Sederet lampu merah di belakang panggung naik perlahan; di lantai panggung kiri terhampar bundaran karpet merah; di atas konstruksi kayu bendera merah bergambar palu-arit (kecil) dikibaskan beberapa kali saja, yang mengawali pertunjukan di Graha Bhakti; menciptakan imaji tajam dan idiom teatrikal unik. Itu tak terjadi di Salihara—kecuali kibasan bendera merahnya.

”Tan Malaka: Sebuah Esai, Sebuah Opera”, saya ambil dari judul libreto yang dibagikan ke penonton. Sedangkan dalam brosur, juga dalam undangan, judulnya ”Tan Malaka: Opera 3 Babak”. Yang mana yang benar? Saya kira itu bukan persoalan. Saya pilih judul itu, hanya karena lebih menarik ”esai” ketimbang ”3 babak”.

Para serdadu memasuki panggung dari dua arah, dari luar dan dari dalam panggung. Membentuk barisan, mengangkat senjata, mengentakkannya ke lantai dan berbunyi amat keras, jauh lebih dari normalnya. Dengan komando,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14

Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…

N
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21

Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…

A
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21

Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…