Agung Kuswandono: Tak Boleh Tidak Berani Atau Sungkan
Edisi: 10/40 / Tanggal : 2011-05-15 / Halaman : 117 / Rubrik : WAW / Penulis : Nugroho Dewanto, Anne L. Handayani, Ninin Damayanti
KEPUTUSAN Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengangkat Agung Kuswandono sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai mengejutkan banyak pihak. Agung menggantikan Thomas Sugijata, menyisihkan 31 pegawai eselon II di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pria 44 tahun asal Banyuwangi, Jawa Timur, ini mencatatkan rekor sebagai pemimpin termuda dalam sejarah Bea dan Cukai.
Namun bukan tanpa alasan bila Agus memilih Agung. âSaya mengamati Saudara relatif muda, tapi bisa menangani Kantor Bea dan Cukai Soekarno-Hatta, sebuah kantor strategis,â kata Agus dalam acara pelantikan. Setelah itu, kata Agus, Agung berhasil memimpin Kantor Bea dan Cukai Tanjung Priok. âSaudara bisa menangani Tanjung Priok dengan prestasi yang baik. Kepercayaan ini harus dijaga,â katanya.
Ketika bertugas di Soekarno-Hatta, Agung memerintahkan penyegelan 12 helikopter bekas milik PT Air Transport Services karena perusahaan milik Grup Bukaka ini belum menyertakan sertifikat kelayakan serta izin Bea dan Cukai. Jusuf Kalla, pemilik Bukaka, yang saat itu menjadi wakil presiden, sempat marah. Tapi, lantaran jaminan kepabeanan Rp 9 miliar tak kunjung cair, heli yang akan digunakan Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi itu tetap dibeslah. Lantaran ketegasan dan keberaniannya itu pula, pada akhir 2007 majalah ini mendapuknya sebagai satu dari Tujuh Pendekar Penegak Hukum.
Dua bulan sebelum dilantik, nama Agung sampai di meja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Rekeningnya lalu diperiksa Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Hasilnya mulus. Pada 15 April, Presiden meneken surat keputusan pengangkatan pegawai Bea dan Cukai lulusan terbaik 1991 itu. Dalam acara pelantikan, Menteri Agus berpesan tegas agar Agung menjaga dan mengoptimalkan penerimaan negara. âJangan yang seharusnya importir bayar Rp 1.000 tapi hanya bayar Rp 100, yang Rp 400 dibagi-bagi ke oknum Bea dan Cukai, dan yang Rp 500 masuk kantong importir,â ujarnya.
Dua pekan lalu, Agung menerima Nugroho Dewanto, Anne L. Handayani, dan Ninin Damayanti dari Tempo di ruang kerjanya di kantor Direktorat Bea dan Cukai, Jalan Ahmad Yani, Jakarta Timur. Dengan lugas dan blakblakan, dia menjawab pertanyaan seputar pengangkatan dan rencananya memimpin instansi strategis ini.
Melihat rekam jejak Anda, mulai pemimpin di Bandara Soekarno-Hatta hingga memimpin di Pelabuhan Tanjung Priok, apakah pengangkatan sebagai dirjen ini menandakan sistem meritokrasi di Bea dan Cukai sudah berjalan?
Sebagai orang yang dipilih, saya tidak punya kompetensi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…