Pistol Di Singapura, Peluru Di Mampang

Edisi: 18/40 / Tanggal : 2011-07-10 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Y. Tomi Aryanto, Rusman Paraqbueq,


Perempuan itu salah satu orang kepercayaan Muhammad Nazaruddin. Menyandang jabatan Direktur PT Executive Money Changer, ia kemudian juga mengurus sejumlah kerja sama bisnis pelbagai perusahaan milik politikus Partai Demokrat yang kini kabur ke Singapura itu. Toh, tugas terpenting Yulianis, perempuan itu, adalah mencatat semua pengeluaran perusahaan-perusahaan bosnya.

Pengeluaran duit perusahaan Nazaruddin dilakukan berdasarkan memo yang diteken adiknya, Muhajidin Nur Hasim. Dari sini kemudian dipecah ke dalam bukti-bukti lain yang lebih terperinci, termasuk tanda terima penerimanya. ”Yulianis bertugas memasukkan aneka pengeluaran itu ke dalam program Excel,” tutur seorang penyidik kepada Tempo pekan lalu.

Catatan sang kasir itu menjadi harta karun para penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi ketika menggeledah kantor Nazaruddin di Tower Permai, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Penggeledahan dilakukan sehari setelah Komisi menangkap Mindo Rosalina Manulang, juga anak buah Nazaruddin, yang dituduh menyuap Wafid Muharam, Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, pada 21 April 2011.

Dokumen memuat detail pengeluaran dalam rupiah dan dolar Amerika, serta nama-nama penerimanya. Sejumlah nama besar—sebagian besar sudah disebutkan Nazaruddin dalam usahanya membela diri dari Singapura—tercatat dalam daftar itu. Memang ini masih catatan sepihak. Sebab, menurut penyidik yang sama, tanda terima biasanya ditandatangani kurir—sesuatu yang tak ada dalam catatan di kantor Nazaruddin.

Terbang ke Singapura sehari sebelum surat pencegahannya ke luar negeri terbit pada 24 Mei, Nazaruddin berkali-kali berusaha menggaet rekan-rekannya. Ia pun mengancam hendak membongkar borok partainya jika Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkannya sebagai tersangka. Kamis pekan lalu, ia benar-benar ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara korupsi dana pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI di Jakabaring, Palembang.

Beberapa jam setelah pengumuman status hukumnya oleh Komisi, Nazaruddin betul-betul mengibarkan semangat ”tiji-tibeh”—mati siji mati kabeh alias ambruk bareng-bareng. Ia menuduh…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…