Dari Gardu Jaga
Edisi: 01/16 / Tanggal : 1986-03-01 / Halaman : 78 / Rubrik : KEC / Penulis : TIM KECAP DAPUR, ,
Medan, Maju tak Gentar
DI awal Juni 1978, melayanglah sebuah surat keputusan dari Pemimpin Redaksi TEMPO kepada Zakaria M. Passe, koresponden TEMPO di Medan, Isinya: Jack. demikian ia dipanggil, diminta mengelola sebuah biro yang daerah liputannya mencakup sebagian Sumatera. Pada mulanya ia geleng-geleng, lalu manggut-manggut: setuju.
Maka jadilah Kantor Biro Medan, di sebuah rumah di gang becek, yang tak lain juga tempat tinggal Zakaria. "Para reporter Biro masih tinggal di berbagai kota, di SumUt. waktu itu," ujarnya. Zakaria dengan kesibukan barunya, toh, tetap sempat melanjutkan "hobi" lamanya: menulis sastra. Selain menulis cerita pendek, ia juga menerjemahkan novel dan naskah sandiwara Anton Chekov - bahkan pernah mementaskan sendiri terjemahannya itu: Bahayanya Tembakau. Setahun kemudian rapat koordinasi diadakan di situ juga, di sebuah meja makan keluarga. Waktu itu ada lima wartawan.
Kantor yang nebeng di rumah, tentu tak bisa dipertahankan terus. Begitu anggaran turun, kantor pindah ke sebuah bangunan kuno peninggalan Belanda berukuran 3x4 m. Sebuah kantor yang berisik. Zakaria dan kawan-kawan menempati lantai atas di bawahnya adalah toko buku. Di sampmgnya, tempat berkumpul tukang parkir, dan bengkel sepeda motor.
Ciri Biro Medan adalah peristiwa kriminal. Maklum, di Medan yang panas itu. perlstiwa kejahatan banyak terjadi. Tapi dengan itu salah seorang wartawan Biro, Amran Nasutton, justru mencuat. Di kantor yang berisik inilah dia membuktikan sebagai wartawan yang produktif. Prestasinya meyakinkan, hingga ia diangkat untuk memimpin Biro Bandung, 1981 - sebelum mendapat tugas mengepalai Biro Jakarta, 1984.
Tibalah masa yang lebih baik. Kantor Biro pindah kesebuah rumah berukuran 15 x 12 m, pada 1983. Mulailah warga Biro bernapas lega. Para wartawan pun tak lagi diganggu kebisingan bila sedang mengetik laporan. Di kantor ini pula Monaris Sima-ngunsong mencetak prestasi. Dari koresponden daerah, kemudian ia diangkat menjadi wartawan tetap. Ada yang lain di Biro ini. Tiap ada penugasan dari Jakarta, dan bila ketujuh warga Biro kebetulan berkumpul, menyanyilah mereka Maju tak Gentar.
Biro Kembang Jepun
SEMANGAT perjuangan tak cuma di Medan. Pada 1978 itu juga Biro Surabaya berdiri dan inilah kantornya: "Pengap dari tanpa telepon, berada di sebuah gang, kalau mau masuk kantor harus menyeruak lewat tengah pasar," ujar Dahlan Iskan, kepala biro.
Dahlan, sebelumnya menjadi koresponden TEMPO di Samarinda, Kalimantan Timur. Ia sendiri lahir di kalangan Pesantren Takeran, Magetan, Jawa Timur. Dengan raut wajah tajam, pandangan mantap, Dahlan mengesankan seorang yang gigih. Sementara kantor belum bertelepon, ia sering kucing-kucingan pinjam telepon di beberapa instansi, untuk interlokal ke Jakarta -misalnya. Baru setelah kantor pindah ke Gubeng Airlangga II, yang sudah dilengkapi telepon, ia dan rekan rekannya bisa bekerja lebih tenteram, komunikasi dengan Jakarta…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
ADA YANG PERGI ADA YANG DATANG TAPI...
1983-03-12Amir daud menjalani pensiun dan beralih menjadi salah satu pengelola harian the jakarta post. dahlan…
MEREKA YANG AKAN DATANG
1983-03-12Tahun ini tempo mencari 10 tenaga reporter. tempo mengadakan angket kepada 400 orang yang melamar…
BUKAN AKHIR YANG HITAM...
1981-03-07Kini majalah tempo telah berusia yang ke-10. perbaikan-perbaikan dilakukan untuk meningkatkan mutu majalah dengan berbagai…