Kreatif Vs Disiplin

Edisi: 01/16 / Tanggal : 1986-03-01 / Halaman : 86 / Rubrik : KEC / Penulis : Budi Matindas, ,

KOLOM

Budi Matindas

MAMPUKAH orang-orang yang disiplin menghasilkan karya yang kreatif?

Pertanyaan itu satu di antara enam soal ujian yang harus saya jawab ketika mengambil kubah kreativitas di Fakultas Psikologi UI. Waktu itu saya tidak tahu jawabannya. Saya selalu berpikir bahwa mereka yang punya disiplin tinggi pasti cukup produktif. Saya cuma tidak yakin bahwa produk yang dihasilkan punya nilai kreatif. Itu sebabnya saya tidak menjawab soal ini, yang jatuh pada urutan nomor 3. Sebagai gantinya, saya menjawab soal nomor 5 sebanyak dua kali. Urutan pengenaan soal pun saya buat mengikuti nomor telepon tetangga saya, 5, 1, 4, 6, 2 5. Dosen saya rupanya tidak sadar bahwa ada satu soal yang saya kerjakan dua kali, dan ia sekadar menjumlahkan nilai dari "enam" soal yang saya buat, kemudian membaginya dengan enam. Saya dinyatakan lulus.

Walaupun berhasil dalam ujian itu, hati saya tetap tergoda oleh pertanyaan di atas. Saya berusaha mendapatkan jawabannya - bukan dari buku-buku, melainkan lewat kasus nyata yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu usaha saya mengantarkan saya ke kantor PT Grafiti Pers, penerbit majalah TEMPO. Saya punya anggapan bahwa TEMPO adalah sebuah karya kreatif, dan sekaligus punya disiplin karena terbit secara teratur. Saya ingin tahu apakah suasana kerja di kantor TEMPO diwarnai disiplin keria yang tinggi.

Jalan masuk ke kantor TEMPO menimbulkan asosiasi tersendiri. Kantor ini terletak di Pasar Senen, di lingkungan perdagangan barang-barang kelontong, salon kecantikan, dan tempat…

Keywords: -

---

Foto Terkait