Lapis Demi Lapis Kisah Toraja
Edisi: 21/40 / Tanggal : 2011-07-31 / Halaman : 76 / Rubrik : IMZ / Penulis : Mardiyah Chamim , ,
Toraja lebih dari sekadar kuburan di gunung batu dan selebrasi kematian. Ada labirin kisah yang penuh warna di sana. Tentang alam yang indah, potensi yang belum tergali, stratifikasi masyarakat yang memutar roda kehidupan, juga tentang kegelisahan menjaga ritual budaya.
Wartawan Tempo Mardiyah Chamim menjelajahi Tana Toraja selama sepuluh hari; menengok desa perajin kain tenun dan sarong (topi anyaman bambu), juga mengikuti rangkaian ritual rambu solok (pesta duka) pemakaman. Berikut ini tulisan Mardiyah Chamim yang diperkaya dengan foto-foto Risang Yuwono, fotografer lepas asal Yogyakarta, yang intensif menjelajah selama empat tahun terakhir.
TORAJA, Sulawesi Selatan. Inilah tempat para dewa zaman lampau, konon, menurunkan raja-raja di kawasan timur Nusantara. Tempat kematian, mayat dan kuburan di gunung batu, menjadi suguhan magis dan eksotis bagi turis. Tempat studi tentang maut menjadi magnet antropolog dari segala penjuru jagat.
Akhir Juni lalu, diundang Danny Parura dan istrinya, Dinny Jusuf (pendiri Toraja Melo, produk fashion berbasis budaya Toraja), saya melancong ke sana. Sepuluh jam perjalanan darat dari Makassar, saya menjumpai Toraja yang penuh warna. Bentang alam indah lagi gagah, naik-turun gunung berbatu, hutan bambu, sawah berundak, dan kampung-kampung yang hanya bisa dijangkau dengan menunggang kuda. Toraja bukan sekadar ritual pemakaman.
Saya teringat Kathleen Adams, antropolog dari Loyola University of Chicago, Amerika Serikat. Dalam bukunya, Art as Politics, dia menulis sepotong pesan dari anak muda di Rantepao, ibu kota Kabupaten Toraja. âJangan hanya menulis Toraja yang ber-make up tebal. Tulislah Toraja yang punya sisi baik, buruk, dan mungkin memalukanâseperti pergulatan sistem kasta di sini,â begitu pesannya. Ada lapis demi lapis subtil dalam kisah Toraja, yang kadang tak secantik alamnya.
Sepuluh hari kami menjelajahi Toraja. Terlalu singkat memang untuk menangkap lapis demi lapis versi Nona Adams. Perbincangan dengan berbagai kalangan, antara lain dengan Risang Yuwono, fotografer lepas, yang sejak 2007 menjelajahi Toraja, turut memperkaya perspektif.
Lapisan yang paling sering disorot adalah kemegahan rambu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…