Oegroseno: Biasanya Polisi Bodoh Itu Sombong

Edisi: 21/40 / Tanggal : 2011-07-31 / Halaman : 146 / Rubrik : WAW / Penulis : Yandi M. Rofiyandi, Ninin Damayanti,


SURVEI The Indonesian Human Rights Monitor, Senin pekan lalu, menyebutkan sebagian besar penduduk Jakarta tidak puas atas layanan kepolisian. Masyarakat hanya menilai polisi berhasil dalam bidang terorisme. Reformasi kepolisian dianggap belum berjalan.

Di tengah situasi itu, Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian RI Komisaris Jenderal Oegroseno memunculkan wacana pembenahan polisi lewat pendidikan. ”Apa yang terjadi di lapangan itu tak lepas dari pendidikan,” ujarnya. Lulusan Akabri Kepolisian 1978 ini mengatakan semua polisi awalnya bercita-cita sama: mengabdi kepada bangsa dan negara. Tapi, menurut dia, sebagian mungkin melupakan cita-cita itu setelah terjun ke dunia nyata.

Oegro memaparkan rencana pendidikan jarak jauh yang bisa memangkas biaya, sehingga tak ada lagi praktek ”ijon”. Praktek ijon muncul karena biaya masuk pendidikan bagi perwira menengah dan tinggi begitu mahal, sehingga memunculkan oknum ”sponsor”. ”Polisi memberikan janji, yang ngasih uang juga menuntut janji,” kata dia. ”Kedua pihak sama-sama berjanji, seperti akad nikah.”

Jumat dua pekan lalu, Oegro menerima Yandi M. Rofiyandi, Ninin Damayanti, dan fotografer Muhammad Fadli dari Tempo di kantornya, Jalan Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Bekas Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara ini berbicara blakblakan tentang upaya pembenahan polisi dan kritik kepada Detasemen Khusus 88 Antiteror.

Bagaimana memperbaiki pendidikan polisi, yang dinilai menjadi kunci pembenahan kepolisian?

Pendidikan menjadi kunci dengan sistem yang sudah mapan. Misalnya dengan reward and punishment jelas. Pendidikan di setiap tingkatan itu tanpa pengelompokan. Jangan sampai ada orang tiba-tiba menjadi kepala kepolisian daerah. Semua jabatan harus mengikuti jenjang pendidikan yang jelas.

Ada ungkapan satire bahwa hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia: polisi Hoegeng, polisi tidur, dan patung polisi....

Pengalaman saya 32 tahun di polisi, pasti masih ingat ketika masuk Akabri Kepolisian. Seluruh lulusan Akabri, kalau dikumpulkan, berkasnya pasti sama, yakni mengabdi kepada bangsa dan negara melalui kepolisian. Itu cita-cita mulia. Tapi mungkin sebagian ingat, sebagian lupa setelah terjun ke dunia nyata. Apa yang terjadi di lapangan itu tak lepas dari pendidikan. Di beberapa daerah mungkin masih ada pungutan liar dan pemerasan. Kita yakin itu masih ada, walaupun tidak separah dulu. Dan saya yakin yang punya idealisme juga masih banyak.

Kendati ada banyak pendidikan polisi dari level bawah sampai atas, kinerja kepolisian tetap tak sesuai dengan harapan masyarakat....

Makanya fungsi Divisi Profesi dan Pengamanan harus diberdayakan maksimal. Untuk polisi berpendidikan bagus tapi masih melanggar, hukumannya diperberat. Bagian Divisi Profesi dan Pengamanan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…