Batas-batas Politik Seni Lukis Hardi
Edisi: 22/40 / Tanggal : 2011-08-07 / Halaman : 73 / Rubrik : SR / Penulis : Hendro Wiyanto, ,
PADA tahun tujuh puluhan nama Hardi tentunya terkait dengan kemunculan sejumlah seniman muda yang bergabung dalam Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRB, 1974-1979). Seperti kita tahu, melalui mediasi Sanento Yuliman, gerakan ini mempertemukan seniman muda Yogya dan Bandung untuk menentang wacana pseudo-nasionalisme yang dominan dalam praktek artistik waktu itu. Bagi GSRB, platform identitas keindonesiaan tak lebih melahirkan âhantu-hantuâ dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Maka diperlukan upaya yang lebih âkomunikatifâ bagi pencarian estetika yang lebih plural.
Setelah empat dasawarsa berlalu, di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, muncullah pameran retrospektif pelukis Hardi (17-26 Juli 2011), sekaligus menandai usianya yang 60 tahun. Politikus dan pencinta lukisan bergantian pidato, mengelu-elukan peranan dan kesenilukisan Hardi. Pelukisnya sendiri berujar, pameran semacam itu adalah tanda kemenangan atas waktu dan terkumpulnya modal yang tak kecil, berkah yang tak semua seniman di Indonesia bisa menikmatinya.
Pameran ini diberi tajuk âSeni dan Politikâ. Kita temukan penjelasannya sebagai seni dengan âinspirasi sosial dan keindahan murni seni dan politikâ. Puluhan lukisan dan gambar hitam-putih menggambarkan kiprah perjalanan kesenilukisan Hardi. Melihat aneka kecenderungan karyanya, bukankah Hardi menawarkan kepada kita lebih sebuah upaya dan representasi âgado-gadoâ ketimbang apa yang disebut sebagai yang singular, murni, atau sesuatu yang esensial pada karyanya?
Ia…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…