Tuan Guru Haji Hasanain Juaini: Jihad Terbesar Melawan Diri Sendiri
Edisi: 24/40 / Tanggal : 2011-08-21 / Halaman : 164 / Rubrik : WAW / Penulis : Supriyanto Khafid , Dwianto Wibowo ,
Truk merah bertulisan "Madani Valley" itu meninggalkan area pembibitan tanaman milik Pondok Pesantren Nurul Haramain di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, sekitar sepuluh kilometer dari Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Di belakang kemudi, duduk Tuan Guru Haji Hasanain Juaini, 47 tahun, sang pemimpin pesantren.
Siang itu, Hasanain membimbing sejumlah santri putri madrasah aliyah melakukan penghijauan. Mereka membawa ratusan bibit pohon untuk ditanam di hutan Lembah Suren Sesaot, sekitar lima belas kilometer dari lokasi pesantren. Tahun ini, dia menargetkan menyebar sejuta bibit pohon untuk penghijauan. Lantaran cuaca bagus, tahun lalu dia berhasil menyalurkan 1,6 juta bibit tanaman.
Tuan Guruâpanggilan hormat seperti kiai di JawaâHasanain memang sosok ulet berpikiran maju. Di pesantren yang dihuni sekitar seribu santri dan santri putri itu, dia juga menyediakan fasilitas hotspot untuk akses Internet, bantuan dari Universitas Waseda, Jepang. Para santri memiliki komputer yang dirakit sendiri, untuk menghemat biaya.
Kendati berasal dari kampung, nama Hasanain kini sejajar dengan tokoh terkemuka, seperti Abdurrahman Wahid, Mochtar Lubis, Syafiâi Maâarif, dan Pramoedya Ananta Toer. Dia memperoleh penghargaan Ramon Magsaysay, yang akan diserahkan pada 31 Agustus mendatang.
Ramon Magsaysay adalah Presiden Filipina (1953-1957) yang tewas dalam kecelakaan pesawat terbang di Cebu, 17 Maret 1957. Untuk mengenang jasa-jasanya, Yayasan Magsaysay memberi penghargaan tahunan kepada orang yang dianggap memiliki integritas dan idealisme serta gigih berjuang di tengah lingkungannya. Hasanain dipilih karena mengembangkan pendidikan pesantren berbasis kemasyarakatan. Sarjana hukum lulusan Universitas Mataram ini juga dinilai kreatif mempromosikan kesetaraan gender, kerukunan beragama, serta pelestarian lingkungan.
Di bebaliqâbangunan terbuka seluas lapangan voliâdi dalam kompleks pesantren, Hasanain menerima Supriyanto Khafid dan fotografer Dwianto Wibowo dari Tempo.
Anda bangga mendapat penghargaan Ramon Magsaysay?
Saya tidak pernah bermimpi dan tak pernah mencari penghargaan. Kami juga tidak pernah mencari biaya untuk meluncurkan program. Kalaupun ada bantuan, kami tak pernah menyiapkan dan membuat proposal sendiri. Kami tidak mengejar uang. Lebih baik uang mengejar kami.
Apa makna penghargaan itu bagi Anda?
Artinya, mereka menginginkan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…