Hidup Sebenarnya, Bukan Dagelan
Edisi: 26/40 / Tanggal : 2011-09-04 / Halaman : 100 / Rubrik : IMZ / Penulis : Harun Mahbub, Oktamandjaya Wiguna, Kukuh S. Wibowo
GEBYAR di kancah hiburan bukan jaminan kesejahteraan. Bintang yang dielu-elukan kerap harus berjuang keras atau bahkan prihatin dalam kehidupan nyata sehari-hari. Fenomena dunia panggung itu terjadi pada Srimulat.
Pelawak Kadir, 59 tahun, masih ingat beratnya kondisi ekonomi saat mulai bergabung dengan Srimulat pada awal 1980-an. "Belum berani nikah," katanya. Saat itu honor untuk pemain belum besar. "Sekali pentas hanya cukup untuk sekali makan di warung," tuturnya.
Upah rata-rata Rp 400âempat ratus rupiah sajaâuntuk setiap pemain. Agar cukup untuk hidup sehari, Kadir dan personel Srimulat lain lebih sering menyiasatinya dengan cara membeli beras setengah liter, kemudian dimasak dan dimakan ramai-ramai dengan lauk seadanya.
Sesekali mereka ke warung makan kalau ada job manggung di luar Srimulat. Lumayan, honor kerja sampingan bisa Rp 5.000 sekali pentas. "Paling sebulan sekali," kata Kadir. Setelah Srimulat hijrah ke Jakarta, kesejahteraan personelnya mulai meningkat. Kadir menerima upah Rp 2.000 sekali pentas dan Rp15 ribu kalau mendapat pekerjaan dari luar.
Tak lama kemudian, Kadir bersama dua personel Srimulat lain, Basuki dan Timbul, membentuk grup sendiri dengan nama Batik Groupâakronim nama ketiganya. Pendapatannya pun melonjak drastis. "Honor yang masuk kantong bisa ratusan kali lipat," katanya. Maklum, upah jasa dari pemberi kerja hanya dibagi bertiga.
Sejak itulah peruntungan Kadir terus mengalir. Selain pentas off-air,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…