Fajar Terbit Di Ishinomaki
Edisi: 28/40 / Tanggal : 2011-09-18 / Halaman : 60 / Rubrik : IMZ / Penulis : Setri Yasra , ,
HELGA Kankani tak pernah menyangka bahwa 11 Maret 2011 akan mencatatkan peristiwa tak terlupakan sepanjang hidupnya. Siang itu, sekitar pukul 14.00 waktu Jepang, wanita 29 tahun asal Lembang, Jawa Barat, ini tengah menonton drama Korea di televisi. Yamada, 8 tahun, anak semata wayangnya yang baru pulang sekolah, asyik bermain sendiri. Musim dingin belum usai pada awal Maret. Salju membungkus tebal-tebal Ishinomaki, membuat Helga memilih mendekam di rumah.
Sekitar pukul 14.46, Helga terkejut tatkala apartemennya bergoyang. Ada gempa. Dia berada di wilayah Prefektur Miyagi yang rawan lindu. Goyangan gempa sudah jadi "tamu rutin" di Kota Ishinomaki, tempat Helga dan keluarganya berdiam. Entakan pertama masih pelan, kian lama guncangan kian kuat. Perempuan berparas ayu ini mengaku sudah terbiasa dengan goyangan lindu selama 11 tahun di Jepang. "Tapi saat itu (11 Maret) beda," katanya. "Bangunan apartemen seperti di ayun-ayun."
Pertemuan dengan Helga di City Hall, Ishinomaki, 29 Juli lalu, membuat Tempo dan lima wartawan dari Asia Tenggara lain lebih banyak terdiam. Cerita dia dan sepuluh warga asing di kota pelabuhan ini menghadirkan kembali dengan terang saat-saat mencekam ketika gempa 8,9 skala Richter, disusul tsunami, mengempaskan sebagian wilayah Jepang hingga berkeping-keping.
Ketika gempa mereda, perempuan itu meraih anaknya yang bersembunyi di kolong meja makan. Dia melarikan Yamada ke luar apartemen yang terletak sekitar 800 meter dari pantai Ishinomaki. Di area parkir, puluhan tetangganya sudah berkumpul. Mereka turun tanpa persiapan apa pun. Helga dan Yamada hanya memakai celana pendek, tanpa alas kaki, tanpa jaket dan jas hujan penahan salju.
Sejenak kemudian, sirene tanda bahaya tsunami meraung-raung. Semua orang di halaman apartemen lari berhamburan. Tanpa berpikir lagi, Helga menyeret Yamada, dan berlari kencang.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…