Perang Yang Tak Kunjung Padam
Edisi: 29/40 / Tanggal : 2011-09-25 / Halaman : 67 / Rubrik : IMZ / Penulis : Idrus F. Shahab, ,
Kendati berjuang mempertahankan kepentingan Jepang, Nakamura adalah putra suku Ami, suku asli Taiwan. Angkatan bersenjata merekrut Nakamura ketika ia berusia 25 tahun. Ia berperang sampai ke Pulau Morotai, menghadapi serbuan Sekutu dalam pertempuran Morotai, pertengahan September ini, 66 tahun silam. Berikut ini hasil penelisikan Idrus F. Shahab dari Tempo atas kehidupan Nakamura yang kaya tapi tragis itu.
Teruo Nakamura. Empat pohon jeruk nipis yang ditanamnya berpuluh tahun silam masih tegak, seakan-akan tidak tersentuh sang waktu. Namun gubuk tempat ia berlindung dari panggangan matahari, guyuran hujan, gangguan ular dan malaria Pulau Morotai, Maluku Utara, sepanjang tiga dasawarsa lebih telah rata dengan tanah. Sebuah lubang berbentuk segi empat tampak menganga tepat di atas bekas fondasi pondoknya itu.
Tak banyak yang didapat setelah Tempo menyeberangi Selat Morotai, mendarat di kota pelabuhan Daruba, kemudian memanjat Gunung Galoka, Pulau Morotai, untuk melacak peninggalan Teruo Nakamura di lereng gunung itu. Nakamura adalah serdadu Jepang terakhir yang muncul hidup-hidup dari Pertempuran Morotai (14-15 September 1944), tiga puluh tahun setelah pertempuran yang menentukan itu....
Pertengahan bulan September ini, 66 tahun silam, dua kekuatan besar berbenturan di pulau kecil di bibir Samudra Pasifik ini. Puluhan bangkai tank, ratusan topi baja, sangkur, senapan mesin berikut mitraliur yang telah berkarat, bom yang tidak jadi meledak, yang terserak di Morotai menjadi saksi dahsyatnya The Battle of Morotai. Muhlis Eso, seorang pemuda Morotai mengumpulkan sisa-sisa pertempuran dalam biliknya yang kecil di Daruba, ibu kota Morotai Selatan. Inilah satu-satunya "museum" yang mencoba merekam, merekonstruksi kejadian bersejarah itu.
Morotai kini tentu saja tidak sama dengan 66 tahun silam. Ia mencoba menarik perhatian dunia dengan susah payah. Tahun lalu, 22-25 November 2010, majalah ini bersama sepuluh wartawan Jakarta dengan dukungan Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengunjungi Pulau Morotai, yang mulai sibuk bersiap-siap menyelenggarakan tahun pariwisata Morotai Sail 2012. Kini wartawan majalah ini menelusuri jalan yang sama untuk menelisik kisah perjalanan seorang manusia yang terseret masuk pusaran Pertempuran Morotai. Ia, Teruo Nakamura, adalah cerita tentang kemampuan bertahan hidup, patriotisme yang tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan, kebahagiaan, keterasingan, identitas, dan ironi di sebuah dunia modern.
Nakamura meninggalkan Pulau Morotai pada Januari 1974 dengan senyum lebar di bibirnya. Namun dunia tidak menyambutnya dengan sukacita: Jepang menampiknya secara halus karena ia bukan orang Jepang (Nakamura putra suku asli Taiwan yang direkrut angkatan bersenjata…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…