Manuver Komandan Baret Merah
Edisi: 36/40 / Tanggal : 2011-11-13 / Halaman : 60 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : TIM LIPSUS, ,
PAGI masih gelap. Lampu jalan menyala temaram. Kristiani Herrawati sedang mengerjakan tugasnya, menyapu ruang tamu. Ketukan keras mengejutkan remaja sekolah menengah pertama itu. Karena tak mendapat sahutan, sang tamu menggedor. Dengan hati-hati, Kristiani membuka pintu. Seorang pria berdiri tegak. "Ada Papi?" suara lelaki itu bergetar menanyakan ayahnya, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
Dalam buku Kepak Sayap Putri Prajurit, Aniâpanggilan Kristianiâmenggambarkan situasi Jumat pagi, 1 Oktober 1965, itu penuh teka-teki. Ia mengenal lelaki itu, Mayor Subardi. Ketika Ani mempersilakannya duduk di teras, ajudan Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Ahmad Yani itu malah menerobos ke ruang tamu. Sunarti Sri Hadiyah, ibu Ani, kemudian memanggil suaminya, yang sedang di kamar.
Masih mengenakan piama, Sarwo menemui Subardi. Sambil menangis, sang Mayor menceritakan musibah yang menimpa Jenderal Yani. Menurut Subardi, atasannya ditembak dan dibawa sekelompok tentara menjelang subuh. "Ia minta agar saya mencari Pak Yani," kata Sarwo dalam wawancara dengan Tempo pada Oktober 1978.
Subardi ke Cijantung setelah melapor ke Panglima Daerah Militer Jakarta Raya Mayor Jenderal Umar Wirahadikusumah. Ia disarankan mengabari Sarwo sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Selain itu, Yani dan Sarwo memiliki hubungan erat. Mereka pernah satu kesatuan di Pembela Tanah Air (Peta), pasukan bentukan Jepang, dengan pangkat shodancho. Ketika Yani Komandan Batalion V Brigade IX Divisi Diponegoro, Sarwo menjabat komandan kompi.
Kolonel Sarwo Edhie mengumpulkan para perwira. Karena rumahnya di Jalan Flamboyan 59 tak terlalu besar, mereka menghadap bergantian. Sarwo menghitung kekuatan. Sebagian pasukan RPKAD bertugas di Kalimantan Utara dalam operasi Dwikora dan di Papua untuk meredam pemberontakan. Kepada Komandan Batalion I Mayor Chalimi Imam Santosa, Sarwo memerintahkan menarik seluruh pasukan yang sedang mengikuti latihan upacara peringatan Hari ABRI di Senayan.
Penarikan personel RPKAD sempat membuat gaduh. Ketegangan terjadi antara pengawas latihan yang marah dan Santosa. "Nanti Laksamana akan tahu sendiri apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi," kata Santosa dengan tegas, seperti ditulis Hendro Subroto, dalam buku Dewan Revolusi PKI.
Setiba di Cijantung, mereka membentuk pertahanan melingkar menghadap jalan Jakarta-Bogor. Sarwo dan beberapa perwira berkumpul menanti berita Radio Republik Indonesia. Pukul tujuh, Letnan Kolonel Untung menyiarkan Gerakan 30 September dan pembentukan Dewan Revolusi. Mereka menyimpulkan: terjadi kudeta.
Dalam situasi tegang itu, Kapten Herman Sarens Sudiro datang naik panser. Membawa secarik surat, Herman mengaku diperintah Panglima Komando…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…